Mahasiswa dan Alumni Fakultas Ilmu Budaya (FIB) USU masih berupaya untuk menggalang dana bagi bayi berusia 21 bulan penderita kelainan hati (Atresia Billier), Aquila Qathrunnada anak pasangan Khairul Ashary dan Suraya yang berdomisili di Batubara, Sumatera Utara. Penggalangan dana yang dimotori aktivis HMI Komisariat FIB USU itu akan digunakan untuk ongkos pulang Aquila beserta kedua orangtuanya via jalur udara.
"Sejauh ini kami berupaya maksimal untuk paling tidak memberikan ongkos kepada Aquila, sembari terus mencari donatur yang mau menanggung biaya operasinya. Dalam tiga atau empat hari ke depan, Insya Allah dana akan terkumpul," ujar Eko Maulijar yang ditemani Mawardi, Palit Hanafi Lubis, Bambang Riyanto dan Izala Abdillah.
Eko menambahkan, apa yang terjadi kepada Aquila adalah contoh bahwa negara ini tidak memiliki kemampuan untuk melindungi warga negaranya, hari ini mungkin Aquila, tapi bila dibiarkan maka akan ada kasus lainnya yang juga tak tertolong.
Bayi berusia 21 bulan penderita kelainan hati (Atresia Billier), Aquila Qathrunnada anak pasangan Khairul Ashary dan Suraya yang berdomisili di Batubara, Sumatera Utara akhirnya harus menyerah dan terpaksa pulang dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta karena hingga saat ini, biaya operasi yang mencapai ratusan juta rupiah tak kunjung terkumpul.
"Dana yang diminta pihak rumah sakit Rp 700 juta, hingga saat ini belum terkumpul. Sebelumnya saya sudah bolak-balik ingin bertemu dengan Menteri Kesehatan tapi tak kunjung difasilitasi. Sementara PT Askes juga menolak menanggung seluruh biaya operasi anak saya," ujar Ibunda Aquila
Dijelaskan Suraya, terpaksa ia membawa pulang anaknya karena sudah kehabisan uang untuk biaya menginap di RSCM dan hidup di Jakarta. "Untuk pulang saja, saya harus menunggu pinjaman dan bantuan teman-teman di Medan," katanya. [rob]
KOMENTAR ANDA