MBC. Berita seputar penetapan anggota Komisi I DPR, Luthfi Hasan Ishaaq sebagai tersangka dugaan suap daging sapi oleh Komisi Pemberantasan Korupsi, mengejutkan banyak pihak.
Meski tidak mengherankan lagi skandal korupsi menimpa politisi Senayan seperti contoh kasus mega skandal proyek pusat olahraga di Hambalang yang menyeret anggota Komisi X DPR Angelina Sondakh dan Andi Mallarangeng dari Partai Demokrat. Ataupun berbagai kasus korupsi yang melibatkan politisi Golkar dan PDI Perjuangan.
"Pertanyaan menarik kenapa kasus korupsi politisi Senayan tidak pernah menjerumuskan politisi dari Partai Gerindra," kata Martimus Amin dari The Indonesian Reform, Jumat (1/2/2013).
"Jawabnya sederhana. Partai Gerindra memiliki pemimpin Prabowo Subianto," sambungnya.
Menurut Martimus, sikap tegas Prabowo kepada jajarannya agar mendukung pemerintahan yang baik dan bersih telah diperlihatkannya dengan melarang mereka bepergian ke luar negeri yang dibiayai negara. Sikap Prabowo pun tercermin dalam pengusungan kepala daerah bersih dan melayani rakyat Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama.
"Prabowo mengultimatum jika setelah mereka (Joko-Basuki) terpilih terlibat korupsi, maka beliau (Prabowo) akan memimpin paling terdepan aksi penurunan," tekannya.
Martimus mengatakan, rumusnya sangat mudah untuk menciptakan jajaran kader partai yang baik. Yakni, dimulai dari pemimpin partainya sendiri yang harus memiliki ketegasan tanpa ragu dan komitmen terhadap perbaikan atas kondisi penyelenggaraan kehidupan bernegara dan berbangsa.
"Kita tak akan pernah bisa berharap kepada pemimpin retorik dan hipokrit. Ia tidak pernah mampu memimpin dirinya, apalagi diharapkan untuk memimpin perbaikan kondisi kehidupan bernagsa dan bernegara, yang saat ini mengalami krisis multi dimensi," pungkasnya. [wid/rob/rmol]
KOMENTAR ANDA