Perum Bulog diminta segera menarik beras untuk rakyat miskin (raskin) yang mengandung kutu karena berbahaya bagi kesehatan.
Anggota
Komisi IV DPR I Made Urif mengaku, pihaknya sudah banyak menerima
laporan dari berbagai daerah yang menemukan beras raskin dengan kualitas
sangat rendah dan berkutu. Beras-beras tersebut tidak layak konsumsi.
Bulog harus menarik beras yang tidak layak makan itu, tegas Made kepada Rakyat Merdeka di Jakarta, kemarin.
Menurut
dia, Bulog harus meningkatkan kualitas raskin. Salah satunya dengan
melakukan pembenahan infrastruktur pergudangan dan meningkatkan
pemeliharaan beras.
Raskin jangan lama-lama disimpan di gudang,
harus ada perputaran. Jangan sampai beras itu menumpuk bertahun-tahun
di gudang karena akan menimbulkan kutu, seru Made.
Made mengaku
tidak heran jika masih banyak beras Bulog yang ditemukan mengandung
kutu. Sebab, raskin itu banyak berasal dari impor dan berkualitas
rendah. Beras impor yang masuk di Indonesia itu biasanya beras yang
tidak laku lagi di negara orang. Karena itu, dijual dengan harga murah.
Dia
berharap, Bulog terus meningkatkan perawatan infrastruktur
pergudangan. Meski begitu, Made membantah DPR menghambat perbaikan
infrastruktur Bulog dengan menghambat anggarannya.
Direktur
Utama Perum Bulog Sutarto Alimoeso mengatakan, pihaknya akan mengganti
beras yang mengandung kutu. Meski begitu, menurut dia, beras berkutu
wajar karena kutu pasti ditemukan di dalam beras.
Dalam beras itu pasti ditemukan kutu, terutama kutu-kutu yang kecil, itu tidak masalah, katanya kepada Rakyat Merdeka.
Menurut
dia, walaupun telah mengalokasikan belanja modal untuk perbaikan
kualitas gudang penyimpanan beras, dia tidak berani menjamin beras
milik Bulog bebas dari hama seperti kutu 100 persen. Alasannya,
Indonesia merupakan negara tropis.
Untuk merawat beras Bulog
dari kutu, pihaknya melakukan perawatan dengan menyemprotkan zat kimia
yang sudah ada izin dari Kementerian Pertanian dan tidak mengandung zat
berbahaya. Dengan zat tersebut, kutu di dalam beras bisa dikendalikan
dan mati.
Karena itu, Sutarto meminta, agar masyarakat ikut
mengawasinya. Dia bilang, pengawasan beras itu termasuk tanggung jawab
daerah juga. Kami selalau melakukan pengawasan, namun pemerintah daerah
dan dinas terkait juga ikut mengawasinya dengan datang ke gudang Bulog
untuk mengeceknya, jelasnya.
Dia juga mengklaim, sebetulnya
kualitas gudang penyimpanan Bulog lebih bagus dari milik swasta.
Namun, jumlah beras yang mereka simpan setiap tahun lebih dari 2 juta
ton membuat jumlah beras dengan gudang yang berkualitas tidak
seimbang.
Selain itu, Sutarto menyadari sulit meminta pemerintah
dan DPR menambah anggaran Bulog membangun gudang baru dengan teknologi
bebas udara. Selama 2012, Bulog telah menggelontorkan dana Rp 22,29
miliar untuk membangun sembilan gudang baru dengan total kapasitas 10
ribu ton.
Menteri Pertanian (Mentan) Suswono menegaskan, pemerintah atau kepala desa bisa menolak beras berkutu dari Bulog.
Kalau
memang beras yang diberikan Bulog kualitasnya tidak seperti beras
medium, pemerintah atau kepala desa sudah bisa menolak, kata Suswono.
Menurut
politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini, untuk membuktikan beras
yang diberikan Bulog kualitasnya buruk, dia ingin diaudit. Apalagi, saat
ini Bulog mendapatkan margin dari pemerintah melalui harga pembelian
pemerintah (HPP) yang ditetapkan Rp 6.600 per kg. [rmol/hta]
KOMENTAR ANDA