Partai Amanat Nasional (PAN) selama ini dinilai kurang merawat basis utamanya, umat Islam, dan warga Muhammadiyah secara khusus. Makanya tak heran, tak sedikit warga Muhammadiyah yang merasa bukan menjadi bagian dari PAN lagi.
Dekan Fisip UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Bahtiar Effendy (Rabu, 23/1/2013) mengungkapkan, kondisi ini semakin fatal setelah akhir-akhir ini muncul pernyataan dari petinggi PAN yang mengatakan bahwa PAN menanggalkan identitas Islam'.
"Pernyataan ini selain tidak cerdas juga sangat melukai warga Muhammadiyah yang selama ini menjadi andalan PAN. Bukankah eksistensi PAN di panggung politik nasional adalah wujud dukungan konkrit Muhammadiyah dan elemen umat Islam?" ungkap Prof. Bahtiar, yang memperoleh PhD dalam bidang politik dari Ohio State University ini.
Prof. Bahtiar mengungkapkan itu menanggapi pernyataan Ketua DPP PAN Bima Arya yang menyiratkan partainya menanggalkan identitas Islam. Karena sejak berdiri, PAN banyak memiliki tokoh pluralis dan tokoh lintas agama. Karena itu, di bawah Hatta Rajasa, kata Bima, PAN kembali menegaskan identitas tersebut.
"Pernyataan ini disinyalir bisa menyebabkan larinya suara-suara umat Islam, khususnya yang berasal dari kantong-kantong Muhammadiyah pada Pemilu 2014," demikian Prof. Bahtiar, Ketua Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik PP Muhammadiyah periode 2000-2010 ini. [zul/rob/rmol]
KOMENTAR ANDA