MBC. Empat dari sepuluh partai peserta pemilihan umum 2014 adalah partai Islam (PKS dan PPP) dan berbasis massa Islam (PAN dan PKB). Keempat partai tersebut mempunyai basis massa Islam sesuai dengan karakteristik masing-masing partai tersebut.
"Sudah jamak diketahui bahwa captive market PKS adalah jamaah-jamaah halaqoh yang mereka bangun selama ini," ujar Dekan Fisip UIN Jakarta, Prof. Bahtiar Effendy (Rabu, 23/1/2013).
Sementara PKB memang bukan partai Islam. Tapi, partai ini tidak bisa dilepaskan dari organisasi kemasyarakatan Nahdlatul Ulama, yang memang membidani partai yang saat ini dipimpin Muhaimin Iskandar tersebut.
"PKB, bagaimanapun juga, masih menempati tempat khusus di sebagian besar masyarakat NU," sambung Prof. Bahtiar, yang memperoleh PhD dalam bidang politik dari Ohio State University ini.
Akan halnya dengan PPP. Partai yang lambangnya berubah menjadi kabah setelah reformasi dari sebelumnya bintang ini memiliki basis massa Islam yang plural. Karena memang, PPP merupakan fusi dari partai-partai Islam, yang beragam pemikiran, pada masa Orde Baru.
"Sementara PPP, captive market mereka adalah aktivis partai Islam awal seperti NU, Masyumi, Perti, Syarikat Islam, dan beberapa ormas Islam lainnya," jelas Prof. Bahtiar.
Nah, yang paling sial adalah PAN. PAN yang didirikan oleh para tokoh Muhammadiyah dan pada awal pembentukannya bahkan menggunakan berbagai fasilitas ormas tersebut, justru seakan lupa kacang pada kulit.
"Persoalannya adalah PAN. Pada mulanya, PAN ini tulang punggung dan konstituen intinya adalah Muhammadiyah. Namun belakangan ini, captive market ini kelihatannya tidak dirawat dengan baik. Akibatnya, banyak warga Muhammadiyah yang tidak merasa menjadi bagian dari PAN," demikian Ketua Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik PP Muhammadiyah periode 2000-2010 ini. [zul/rob/rmol]
KOMENTAR ANDA