MBC. Presiden SBY sah-sah saja mengatakan orang kuat (strong man) tidak kompatibel dengan kehidupan demokrasi karena bisa menjadi diktator, otoriter dan bahkan bisa mengorbankan rakyat dengan dalih menjaga keamanan nasional.
"Ya, beliau (SBY) bisa saja menyampaikan pendapatnya," ujar Ketua Umum DPP Partai Gerindra, Prof. Suhardi, saat dihubungi Rakyat Merdeka Online pagi ini (Rabu, 23/1/2013).
Tapi yang jelas, berdasarkan survei yang pernah digelar Gerindra, mayoritas rakyat Indonesia menginginkan mempunyai pemimpin yang sangat kuat. Mereka berharap, pemimpin kuat bisa menciptakan kesejahteraan dan memastikan keamanan.
Apalagi Suhardi menambahkan, di beberapa negara, seperti Singapura, Korea Selatan, dan bahkan Jepang bisa maju karena dipimpin 'orang kuat'.
"Saya kira sudah terbukti di banyak negara Asia Timur khsusnya yang menunjukkan negara semacam itu. Kita butuh memimpin yang kuat untuk memastikan kesejahteran, keamanan," jelasnya.
Soal orang kuat disebut bisa menjadi diktator, katanya, hal itu hanya permainan kosa kata saja.
"Itu sebenarnya kata-kata negatif, yang bisa salah, bisa benar. Apakah benar kuat itu sama dengan diktator. Itu tergantung kosakata. Sebetulnya kalau seseorang itu bermanfaat sekali untuk rakyat, itu bukan otoriter. Orang kuat dikonotasikan negatif seolah-olah lebih memaksakan kehendak daripada memimpin dengan tegas," tandasnya. [zul/rob/rmol]
KOMENTAR ANDA