Demonstrasi berujung kerusuhan terjadi di Kapubaten Langkat, Selasa sore (22/1/2013). Seribuan nelayan menyerbu dan melempari Mapolres Langkat. Lima polisi terluka akibat sabetan sangkur.
Massa juga merusak pos polisi yang berada tepat di depan Mapolres Langkat. Meja, kursi dan kaca pos polisi itu pecah dilempari batu.
Kejadian ini menyebabkan suasana di Stabat, ibukota Kabupaten Langkat mencekam. Suara letusan senjata api pihak kepolisian terdengar beberapa kali.
Ribuan nelayan yang berunjukrasa itu berasal dari Kecamatan Secanggang, Brandan Barat, Tanjung Pura dan Sei Lepan. Mereka konvoi dengan mengendarai sepeda motor dan truk tronton menuju Mapolres Langkat.
Informasi yang diperoleh, kedatangan para nelayan ke Mapolsek Langkat menuntut Polres melepaskan 23 nelayan yang ditahan akibat melakukan pembakaran dua pukat grandong milik pengusaha Tionghoa di kawasan Desa Kwala Gebang, Senin (21/1/2013).
Awalnya unjukrasa berlangsung damai. 12 perwakilan nelayan sempat diterima Wakapolres Langkat Kompol Safwan Khayat. Namun entah bagaimana, tiba-tiba kericuhan terjadi di luar arena pertemuan.
Mereka meneriaki petugas kepolisian dengan makian. Beberapa diantaranya bahkan kemudian melempari pos polisi yang berada tepat di seberang Mapolres Langkat.
Petugas yang melepaskan tembakan ke udara justru membuat para pendemo lebih beringas. Mereka menyerang polisi dengan senjata tajam dan batu. Sedikitnya 5 petugas dari Polres Langkat dan Brimob Binjai terluka setelah terkena sabetan sangkur yang dibawa para pengunjuk rasa.
Dari kejadian ini, Polres langkat menahan 55 pengunjuk rasa. Mereka akhirnya satu sel dengan 23 nelayan yang sehari sebelumnya juga ditahan. [ded]
KOMENTAR ANDA