Partai Nasdem dipastikan akan merugi besar seiring dengan hengkangnya Hary Tanoe dari partai yang mengusung slogan perubahan tersebut.
Bos MNC Grup itu memilih mundur karena menginginkan pengurus yang saat ini dipegang anak muda tetap dipertahankan; sementara Surya Paloh malah ingin jadi ketua umum.
"Rugi banget Nasdem (dengan keluarnya Hary Tanoe). Pertama dia seorang donatur. Kedua dia punya jaringan yang sangat luas. Ketiga, dia punya pendukung banyak. (Mundurnya Hary Tanoe) Pasti berpengaruh besar sekali (terhadap Nasdem)," ujar Gurubesar Ilmu Politik Universitas Indonesia Prof. Iberamsjah kepada Rakyat Merdeka Online (Selasa, 22/1).
Menurutnya, Surya Paloh bernafsu menjadi Ketua Umum DPP Partai Nasdem karena ingin mengukuhkan dominasinya. Dengan menjadi ketua umum, Bos Media Grup itu berharap tidak ada lagi orang yang menyaingi.
"Dia ingin jadi satu-satunya raja di Nasdem. Seperti Prabowo di Gerindra, Mega di PDIP, Ical di Golkar, Hatta Rajasa di PAN. Dia ingin seperti itu juga. Supaya tidak ada yang menjadi saingan dia. Orang yang sangat ambisius sekali," tegasnya.
Tapi cara-cara pemaksaan yang dilakukan Surya Paloh tersebut sungguh disayangkan. Ketua DPW Partai Nasdem Jawa Barat Rustam Effendi kemarin petang diberitakan didatangi oleh lebih dari 50 preman yang memaksanya menandatangani surat dukungan kepada bekas politikus Golkar tersebut.
"Itu premanisme politik. Itu maksa namanya. Cara-cara politik seperti itu sebaiknya ditinggalkan sajalah. Nggak ada gunanya. Rakyat makin tidak senang dengan Nasdem nanti. Restorasinya jadi dipertanyakan," ungkap Prof. Iberamsjah.[zul]
KOMENTAR ANDA