post image
KOMENTAR
Untuk mengatasi kelesuan industri pariwisata, Jepang bertekad membidik umat muslim Asia yang selama ini terabaikan.

Seperti dikutip dari artikel yang ditulis oleh Keiichi Kitagawa di laman Asahi Shimbun, persentase itu tidak bisa diabaikan, apalagi jumlah turis menurun setelah adanya sengketa Pulau Senkaku antara Jepang dan China.

Maka, lanjut Kitagawa dalam tulisannya, berbagai cara harus dilakukan untuk membidik sasaran dengan tepat. Sebagai contoh, sebuah restoran di Kyoto yang dibangun sejak 1716, Minokichi, menyajikan "kaiseki" yakni makanan berasal dari ikan segar dan bahan-bahan lokal. Mengetahui bahwa Muslim dilarang makan babi dan alkohol, restoran itu membuat "Halal plate" yang berisi bahan-bahan tradisional Kyoto, tanpa alkohol.

"Halal plate" dijual seharga 2.625 yen (31.90 dolar AS) per orang, termasuk pajak. Restoran tersebut mulai menyediakan "Halal plate" sejak April 2012.

"Itu (Halal Plate) lebih mudah dibuat daripada makanan vegetarian," kata Masakazu Ueda, general manager restoran Minokichi.

Sementara itu menurut Presiden Miyako Internasional Tourist, Hideshi Matsui, sudah saatnya pemerintah Jepang memperhatikan kebutuhan agama lain.

"Pemerintah kota harus memperhatikan kebutuhan agama lain jika ingin menarik perhatian internasional," kata Hideshi Matsui sambil menambahkan kesempatan bisnis bisa diraih hanya menyewa ruang konferensi untuk mensosialisasi kebutuhan industri pariwisata Jepang.

Sekitar 60-70 persen populasi di Malaysia adalah Muslim, sementara di Indonesia mencapai 90 persen yang menjadikannya sebagai negara berpenduduk Muslim terbanyak di dunia

Organisasi Pariwisata Nasional Jepang menyebutkan dari 6,21 juta turis asing yang mengunjungi Jepang pada 2011, 80.000 di antaranya berasal dari Malaysia dan 60.000 dari Indonesia. [hta]

Kemenkeu Bentuk Dana Siaga Untuk Jaga Ketahanan Pangan

Sebelumnya

PTI Sumut Apresiasi Langkah Bulog Beli Gabah Petani

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Ekonomi