Tidak akan sulit bagi konglomerat nasional, Harry Tanoesudibjo, mencari parpol yang bersedia menampungnya, itupun kalau akhirnya dia memilih untuk bergabung dengan parpol lain demi tujuan berpolitiknya.
Demikian pendapat pengamat politik Arbi Sanit ketika ditanya opininya tentang apakah Harry Tanoe lebih baik tetap membangun kerajaan bisnisnya atau ikut berpolitik lagi.
Kepada Rakyat Merdeka Online, Arbi menggambarkan, Indonesia saat ini tengah mengalami krisis tokoh ideal atau krisis kepemimpinan pada level nasional.
Di sisi lain, sosok Hary Tanoe yang baru berusia 48 tahun itu belum memiliki pembuktian diri sebagai pemimpin politik yang mumpuni.
"Ketokohannya (Hary) baru di bisnis, belum tokoh politik. Dia sedang mencoba jadi pemimpin tokoh politik. Tapi dia belum jadi, belum ada bukti dia jadi pemimpin politik. Siapa anak buahnya, siapa yang pilih dia?" tutur Arbi Sanit.
Satu kondisi yang cukup menguntungkan Hary Tanoe jika dia ingin kembali ke politik adalah situasi di mana semua parpol alami krisis pemimpin. Tokoh-tokoh yang dimiliki parpol sudah tidak laku lagi bagi rakyat. Mereka yang tua-tua bisa menjadi pemimpin di tingkat internal partai, bukan level nasional.
"Bisa saja dia (Hary) ditarik. Bisa untuk pencalonan 2014 sekaligus atau fasilitas dan pendanaan," katanya lagi. [ald/rob/rmol]
KOMENTAR ANDA