
Pengamat politik senior, Arbi Sanit, mengeritik kuliah umum SBY yang disampaikannya dalam Indonesia Democracy Outlook yang digelar Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) di Hotel Borobudur, Jalan Lapangan Banteng, Jakarta, Selasa (15/1).
Saat itu, Presiden SBY menyatakan dalam dunia demokrasi biasa terjadi antara dua pilihan; orangnya kuat atau sistemnya yang kuat. Dalam perspektif negatif, orang kuat (strong man) tidak kompatibel dengan kehidupan demokrasi. SBY mengatakan bahwa ia lebih setuju membangun sistem dan institusi yang kuat daripada melahirkan orang yang kuat
Menurut Arbi, SBY menyadari kedua-duanya sangat penting, baik sistem maupun kekuatan pemimpinnya. Nyatanya, di kedua bidang itu dia gagal membangun selama hampir dua periode menjabat.
"Dia mengerti kebutuhan itu. Butuh lama sekali untuknya membangun kepemimpinan dan dia juga tak bisa membangun sistem. Lihat sistem di parpolnya saja hancur-hancuran. Lihat saja, di bawah pemerintahannya sistem presidensial gagal, banyak pelanggaran UUD, diam saja dia," ucap Arbi Sanit seperti dikutip dari Rakyat Merdeka Online, grup medanbagus.com Senin petang (21/1).
Seharusnya, saat menyampaikan kuliah umum itu SBY akui saja dia telah gagal membangun kedua hal yang sama pentingnya tersebut.
"Tapi, lagu lama yang dia putar lagi, penyakit itu sudah lama dan dia pelakunya. Seakan dia merdu nyanyinya. Harusnya ngaku, kepemimpinan saya ngga benar dan sistem ngga benar. Sistem koalisi gagal, sistem presidensial gagal," protes Arbi. [ald/rmol/ans]
KOMENTAR ANDA