post image
KOMENTAR
Idealnya, Partai Nasdem sedang sibuk membangun kekuatan. Justru, di tengah kondisi dia membutuhkan kekuatan solid untuk memenuhi ambang batas masuk parlemen, Nasdem terpecah-pecah dan membuat Ketua Dewan Pakar, Hary Tanoe, memilih keluar bersama gerbongnya.

"Yang diperlukan parpol baru adalah kekuatan organisasi, kekuatan massa, maupun kepemimpinan. Nah perpecahan bisa membuyarkan kekuatan yang sangat dibutuhkan saat ini oleh Nasdem," ujar pengamat politik senior, Arbi Sanit, kepada Rakyat Merdeka Online, Senin (21/1/2013).

Dengan peristiwa hengkangnya Hary Cs, partai yang mengumbar slogan "Gerakan Perubahan" itu kian diragukan rakyat. Nasdem tidak pantas lagi banyak bicara dan umbar janji. Pudarlah semua mimpi masuk DPR, menjadi "pewarna" baru di DPR, apalagi bicara soal pencapresan.

"Tidak ada jaminan Nasdem bisa lolos. Bagaimana mau solid kalau dari awal sudah ada dua kubu, kalau sekarang dia pecah, berapa kekuatannya? Apa yang mau diandalkan. Dengan dua kubu saja belum tentu dapat 3,5 persen untuk masuk DPR, apalagi tinggal satu kubu," urainya.

Arbi Sanit tegaskan, masa depan Partai Nasdem semakin suram. Belum Pemilu dimulai, mereka terpecah dan kesuraman parpol itu semakin tampak.

"Prospeknya semakin payah," singkat dia.

Apakah sebagai parpol baru dalam Pemilu 2014 di antara semua parpol lama tidak menjadi kekuatan bagi Nasdem? Arbi yakin tidak demikian. Menurutnya, sebagai partai, Nasdem memang baru. Tapi, isinya tetap politisi-politisi lama.

Salah bila rakyat hanya menilai parpol dari "bungkusnya". Karena itu dia tak sepakat menyebut Nasdem sebagai parpol baru yang pantas diharapkan untuk perubahan.

"Memang ada politisi bersih? Tidak ada," tegasnya lagi. [ald/rob/rmol]

PHBS Sejak Dini, USU Berdayakan Siswa Bustan Tsamrotul Qolbis

Sebelumnya

PEMBERDAYAAN PEREMPUAN NELAYAN (KPPI) DALAM MENGATASI STUNTING DAN MODIFIKASI MAKANAN POMPOM BAKSO IKAN DAUN KELOR DI KELURAHAN BAGAN DELI

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Peristiwa