MBC. Wacana memindahkan ibukota Republik Indonesia dari Jakarta ke lokasi lain, bukan hal tabu bagi Presiden SBY.
Hal itu dikatakan Staf Khusus Presiden Bidang Pembangunan Daerah dan Otonomi Daerah, Velix Wanggai.
Memang, polemik pemindahan ibukota pasang surut selama ini. Kini, wacana itu menonjol lagi ketika DKI Jakarta dihajar banjir dahsyat.
"Sejak 2009 lalu, Presiden SBY terbuka dan tidak tabu untuk berdiskusi atas wacana perpindahan ibukota negara. Menurut Presiden, Jakarta tidak bisa lagi menampung interaksi manusia dan lingkungannya," ungkap Velix, Jumat malam (18/1).
Menurut Presiden, dalam memutuskan kebijakan tersebut, diperlukan langkah yang bersifat teknokratis dan langkah politik sebagai agenda kolektif dari seluruh komponen bangsa. Hal ini sebagai langkah visioner, terobosan, sekaligus thinking outside the box bagi masa depan Indonesia.
"Atas wacana ini, Presiden SBY bahkan telah mengajukan tiga skenario perpindahan ibukota yang perlu didiskusikan oleh publik," tegasnya.
Skenario pertama adalah mempertahankan Jakarta sebagai ibukota, pusat pemerintahan, sekaligus kota ekonomi dan perdagangan. Pilihan atas opsi ini berkonsekuensi pada pembenahan total atas soal macet, banjir, transportasi, permukiman, dan tata ruang wilayah.
Skenario kedua, membangun ibukota yang benar-benar baru. "Kata Presiden SBY, kita bangun totally new capital," jelas Velix.
Dan skenario ketiga adalah ibukota tetap di Jakarta, tapi memindahkan pusat pemerintahan ke lokasi lain.
Dilanjutkan Velix, atas tiga skenario itu, Presiden SBY mengajak semua komponen bangsa untuk membahas secara terbuka, matang, dan komprehensif. Karena, kebijakan perpindahan ibukota atau pergeseran pusat pemerintahan harus menjangkau strategi jangka panjang bangsa. [ald/rmol/ans]
KOMENTAR ANDA