post image
KOMENTAR
Indonesia belakangan kerap disebut sebagai ibukota Facebook dan Twitter mengingat jumlah orang Indonesia yang memiliki akun di kedua jejaring media sosial itu sangat besar dibandingkan di negara lain.

Untuk kepemilikan Facebook Indonesia berada di posisi ketiga dengan 80 juta akun, dan posisi kelima untuk Twitter dengan 30 juta akun.

Menurut praktisi media Teguh Santosa, fenomena ini cukup menggembirakan karena memperlihatkan semangat publik Indonesia yang begitu tinggi dalam melibatkan diri dalam komunikasi sosial. Namun di sisi lain, hal ini bisa menjadi bahaya manakala keterlibatan dalam komunikasi sosial di media-media sosial itu tidak disertai kedewasaan dan kebijaksanaan.

Dosen London School of Public Relations itu berbicara pada Workshop on Journalism bertema Media dan Konstruksi Sebuah Bangsa di Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Agrobisnis Perkebunan (STIP-AP), Medan, Kamis siang (17/1).

Kursus jurnalistik yang diikuti oleh sekitar 50 peserta dari sejumlah kampus di Medan itu digelar medanbagus.com dan Teguh School of Democracy serta didukung inilah.com.

Tanpa kedewasaan dan kebijaksanaan, media sosial dapat menjadi ajang untuk menyebarkan fitnah dan kebencian. Hal ini akan semakin parah bila masyarakat yang menerima informasi seperti ini tidak memiliki kemauan untuk menguji informasi yang disebarkan via media sosial.

"Ada kesan melalui media sosial simpati dan antipati dengan mudah di-copy dan paste begitu saja," ujar Teguh.

Pemimpin Redaksi Rakyat Merdeka Online itu juga mengatakan, walau memiliki jumlah akun media sosial yang begitu tinggi namun masyarakat pengguna internet di Indonesia tidak memiliki ketertarikan yang besar dalam mengelaborasi gagasan melalui e-mail.

"Saya khawatir masyarakat kita bergerak ke arah masyarakat yang instan, hanya peduli pada hal-hal yang superfisial dan tidak substansial," demikian Teguh. [zul]

KOMENTAR ANDA

Baca Juga