Sulit dihindari bila ada asumsi bahwa pernyataan Presiden SBY tentang strongman tertuju kepada Ketua Dewan Pembina Gerindra Prabowo Subianto.
Dalam kuliah umum bertema Indonesia Democracy Outlook (Selasa, 15/1), SBY mengingatkan seorang strongman cenderung diktator dan tiran. Semua pihak harus mewaspadai hadirnya strongman sebab seringkali menindas rakyat dengan dalih kepentingan nasional. Tentu saja, dalam proses demokratisasi, negara lebih baik memiliki sistem dan institusi yang kuat, daripada orang yang kuat.
Sementara itu, beberapa waktu lalu, berbagai lembaga survei merilis bahwa mayoritas publik menghendaki agar presiden Indonesia berikutnya adalah sosok yang tegas. Masih dalam hasil survei, publik pun merujuk sosok tegas itu pada Prabowo.
Karena itu, kepada Rakyat Merdeka Online beberapa saat lalu (Rabu, 16/1/2013), Direktur Eksekutif Negarawan Center, Johan O Silalahi, mengatakan bahwa ia sangat yakin pandangan Presiden SBY itu ditujukan kepada semua tokoh yang secara faktual dan realitas memang seperti yang disampaikan oleh SBY.
Perlu diingat, ungkap Johan, SBY adalah seorang presiden. Dengan demikian, semua pernyataan SBY tidak berada atau ditujukan di ruang kosong atau hampa. Semua pernyataan SBY pasti merujuk kepada fenomena dan realitas yang sekarang ini sedanng berlangsung di Indonesia.
"Jika tidak, untuk apa seorang Presiden seperti SBY harus secara spesifik menyampaikan pandangannya seperti itu?" demikian Johan. [ysa/rob/rmol]
KOMENTAR ANDA