Demokrasi memang membutuhkan sistem yang kuat daripada orang yang kuat atau strongman. Sebab bila sistem demokrasi kuat, dalam pengertian tata aturan dan tata laksana serta mekanisme prosedural dalam berdemokrasi sudah menjadi kebijakan negara berjalan dengan baik, maka tidak perlu lagi adanya figur strongman.
"Karena mekanismelah yang menjadi rule of law dalam hidup berdemokrasi," kata Ketua DPP Partai Amanat Nasional (PAN), Viva Yoga Mauladi, kepada Rakyat Merdeka Online beberapa saat lalu (Rabu, 16/1/2013).
Namun demikian, meski setuju dengan pernyataan Presiden SBY dalam kuliah umum bertema Indonesia Democracy Outlook (Selasa, 15/1), yang mengatakan bahwa sistem dan insitusi yang kuat lebih dibutuhkan negara demokratis daripada orang yang kuat, Viva juga mencatat, dalam membangun sistem demokrasi yang kuat, sehat, dan rasional tentu membutuhkan sosok yang kuat. Dan strongman, tidak harus diidentikkan dengan kepemimpinan yang otoriter atau totaliter.
"Strongman itu adalah seorang pemimpin yang berjiwa kesatria, tegas, berani, tidak plin plan," tegas Viva, yang juga Presidium Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI).
Viva mengingatkan, tidak mungkin akan tercipta sistem demokrasi yang kuat dan sehat tanpa adanya kepemimpinan yang strongman. Kepemimpinan strongman itu diperlukan dalam pembangunan demokrasi. [ysa/rob/rmol]
KOMENTAR ANDA