Pertikaian Surya Paloh dengan Hary Tanoesudibjo memperlemah kekuatan partai Nasdem dalam menghadapi Pemilu 2014. Rebutan posisi antara dua pengusaha yang menjadi tulang puggung partai itu akan merontokkan soliditas partai di tingkat bawah.
Begitu disampaikan pengamat politik Muhammad AS Hikam, menanggapi kian menajamnya pertikaian Ketua Majelis Tinggi Partai Nasdem Surya Paloh dengan Ketua Dewan Pakar Partai Nasdem Hary Tanoesoedibjo.
Beredar kabar perpecahan terjadi karena Surya Paloh merasa disaingi Hary Tanoe. Hary Tanoe adalah pihak yang menanggung semua atau setidaknya sebagian besar kebutuhan biaya operasional Partai Nasdem, sehingga dengan sendirinya semakin banyak pengurus partai yang lebih loyal pada dirinya daripada Surya Paloh.
Kabar lainnya, perpecahan dipicu karena keinginan Surya Paloh mengambil alih kendali partai dari Ketua Umum Partrice Rio Capella didorong kekhawatiran bahwa bila dibiarkan kelak Hary Tanoe akan semakin berkuasa.
Pertikaian Surya Paloh versus Hary Tanoe belakangan semakin tajam yang berimbas kepada organisasi kepemudaan Nasdem dan kepengurusan Nasdem di daerah. Sekjen Garda Pemuda Nasdem (GPND), Saiful Haq dipecat lantaran menolak keputusan mendukung pencalonan Surya Paloh sebagai ketua umum partai pada kongres yang akan digelar akhir Januari ini. Imbas lainnya, dilakukan pembekuan kepengurusan GPND DKI Jakarta dan mengangkat Nova Paloh yang merupakan keponakan Surya Paloh sebagai pelaksana tugas Ketua GPND DKI Jakarta.
Menurut Hikam, pertikaian yang terjadi antara Surya Paloh dan Hary Tanoe mengirim pesan sangat negatif kepada rakyat bahwa Nasdem belum siap dipilih karena belum apa-apa elitenya sudah gegeran alias cakar-cakaran.
"Bagaimana mungkin partai ini bisa mengelola kekuasaan baik eksekutif maupun legislatif pada tingkat negara jika untuk organisasi sendiri saja sudah amburadul? Surya Paloh dan Hary Tanoe harus segera mencari resolusi konflik agar Nasdem tidak muspro (sia-sia)," demikian Hikam. [dem/rob/jpnn]
KOMENTAR ANDA