Gerakan Penerus Negara Kesatuan Republik Indonesia (GPNKRI) Sumut meminta pasangan calon gubernur Sumatera Utara, Gatot Pujo Nugroho - Tengku Erry Nuradi (GanTeng) tidak mengumbar janji dengan kedok janji pembangunan Sumut secara fisik demi mendapatkan simpati calon pemilih.
Itu disampaikan Ketua GPNKRI, Syafri FM usai bersilaturahmi dengan Cawagub Tengku Erry Nuradi di Rumah Silaturahmi GanTeng, Selasa (15/1/2013).
"Pasangan GanTeng jangan mengumbar janji. Realisasikan pembangunan fisik, tetapi tidak melupakan pembangunan mental masyarakat dan jiwa nasionalisme," sebut Syafri.
Menurut Syafri, pasangan GanTeng harus mampu menularkan sikap bijak kepada generasi muda. Salah satunya mengajak seluruh masyarakat menggunakan produk dalam negeri.
"Pakai celana buatan dalam negeri juga salah salah satu contoh bahwa kita bangga dengan karya anak bangsa. Tidak ada gunanya prestise memakan pakaian mahal buatan luar negeri. Padahal kualitasnya buatan lokal belum tentu kalah," papar Syafri.
Syafri menambahkan, kebanggaan menggunakan produk dalam negeri merupakan cerminan sederhana rasa nasionalisme. Memupuk rasa nasionalisme tidak harus dengan ikut berperang.
"Perang senjata melawan penjajah tidak ada lagi jaman sekarang. Tetapi kita harus perang melawan penjajahan bentuk lain seperti penjajahan mental, ekonomi dan narkoba," tambah Syafri.
Sementara Cawagub Tengku Erry sependapat dengan Syafri. Produk lokal harus menjadi tuan di negara sendiri.
"Saya cukup prihatin mengetahui banyak produk dalam negeri dengan kualitas internasional, tidak dapat dinikmati masyarakat lokal. Produk lokal kualitas baik diekspor keluar negeri. Tujuannya adalah keuntungan karena kemampuan masyarakat membeli dengan harga tinggi sangat terbatas. Ini memang menjadi kendala yang perlu mendapatkan solusi," sebut Erry.
Erry juga mencontohkan kondisi perekonomian nelayan tradisional yang tersebar di pesisir pantai timur dan barat Sumut. Ikan besar dan kaya gizi hasil tangkapan nelayan justeru dinikmati luar negeri.
"Anak nelayan sendiri tidak makan ikan besar. Hanya bisa makan ikan kecil karena ikan besar dijual dengan harga tinggi. Ini juga masalah lain yang perlu dicari penyelesaiannya," sebut Erry.
Belum lagi kebanggaan menggunakan berbagai produk buatan luar negeri yang kini membanjiri pasar domestik. Dampaknya, produk dalam negeri tergilas dan UKM terancam gulung tikar.
"Program gunakan produk dalam negeri, khususnya hasil karya daerah Sumut, perlu digalakkan. Mari kita ketuk hati masing-masing," ajak Erry. [ded]
KOMENTAR ANDA