post image
SOEKIRMAN
KOMENTAR
Calon wakil gubernur Soekirman ternyata sempat meragukan kinerja Gus Irawan saat menjabat sebagai Dirut Bank Sumut.

Hal itu terungkap saat ditanya alasannya bersedia mendampingi Gus Irawan Pasaribu sebagai Cawagubsu saat bertatap muka dengan masyarakat Tanah Karo di Berastagi, Minggu kemarin.
 
"12 tahun Bank Sumut dipegang Gus terbukti menjadi sebuah bank yang besar. Dulu ketika diawal ia menjadi Dirut, saya sempat ragu apakah ia mampu membangun bank yang hampir hancur itu," kata Soekirman
 
Namun, keraguan tersebut telah terjawab. Menurut Soekirman, Bank milik Pemprov Sumut telah tumbuh, berkembang dan bercabang-cabang. Bahkan hampir di setiap kecamatan sudah ada mesin ATM Bank Sumut. Bank Sumut juga sudah membuka 3 cabang di Jakarta.
 
"Ini membuktikan ia mampu mengelola dalam sektor ekonomi," kata Soekirman.
 
Diakuinya, memang mengelola bank berbeda dengan negara. Namun bagaimanapun, lanjut Soekirman, harus diakui kemampuan manajerial dan tangan dingin Gus bisa menjadi modal membangun ekonomi Sumut. Untuk mendorong pembangunan ekonomi, sangat dibutuhkan pemimpin yang memiliki naluri ekonomi.
 
Soekirman juga menyatakan bahwa dalam setiap kesempatan bertemu masyarakat, ia selalu bertanya sektor apakah yang harus menjadi prioritas dalam membangun Sumut. Semua orang yang ditanya selalu menjawab masalah ekonomi.
 
"Memang semuanya penting. Baik politik, ekonomi, hukum maupun sosial budaya. Tapi mana yang harus diprioritaskan. Masyarakat sepakat masalah ekonomi yang harus didahulukan," kata wakil bupati Serdangbedagai ini.
 
Jefri, warga Jalan Belakang Masjid Raya Berastagi, mengatakan, masyarakat sudah bosan dengan kondisi saat ini yang tidak menunjukkan kemajuan. Lambatnya pertumbuhan ekonomi, semakin besarnya masyarakat miskin serta tingkat inflasi yang semakin tinggi, menyebabkan kehidupan masyarakat semakin terpuruk
 
"Dengan situasi ini kami butuh pemimpin yang memahami masalah ekonomi, yang mampu membawa peningkatan ekonomi masyarakat," katanya.
 
Menurut Jefri, kebanyakan masyarakat yang tinggal di Tanah Karo bermata pencarian petani dan sektor UKM yang sangat rentan dengan fluktuasi harga. "Mereka bermodal kecil sehingga sangat tergantung dengan situasi perekonomian," kata Jefri.
 
Sebayang, warga lainnya mengatakan, walau Tanah Karo dikenal sebagai pusat perkebunan buah-buahan, namun selalu kalah dengan buah impor, baik soal harga maupun kualitas. Menurutnya, harus ada kebijakan dan keberpihakan pemerintah untuk melindungi petani buah.
 
Menanggapi hal itu, Soekirman mengatakan memang sudah menjadi kewajiban pemerintah melindungi produk lokal. "Tetapi kita harus cari cara agar produksi buah kita bisa bersaing dengan buah impor, bahkan bisa menembus pasar internasional," kata Soekirman yang dikenal sebagai ahli pertanian ini. [ded]

PHBS Sejak Dini, USU Berdayakan Siswa Bustan Tsamrotul Qolbis

Sebelumnya

PEMBERDAYAAN PEREMPUAN NELAYAN (KPPI) DALAM MENGATASI STUNTING DAN MODIFIKASI MAKANAN POMPOM BAKSO IKAN DAUN KELOR DI KELURAHAN BAGAN DELI

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Peristiwa