
"Demokrasi mapan adalah juga demokrasi yang stabil. Kalau demokrasi kita anarkis, itu bukanlah yang kita tuju. Esensi utama dari demokrasi, kita sadari kembali adalah partisipasi rakyat dalam kehidupan bangsa. Demokrasi yang kuat dan mapan . Demokrasi yang tidak suka kekerasan," urai SBY dalam acara bertema "Indonesia Democracy Outlook" yang digelar Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) di Flores Ballroom, Hotel Borobudur, Jalan Lapangan Banteng, Jakarta (Selasa, 15/1).
SBY kemudian menceritakan pengalamannya dalam perpolitikan yang berkaitan dengan pembangunan demokrasi Indonesia. Dia mengungkapkan, ketika masih menjabat Kasospol ABRI dan Ketua Fraksi ABRI di DPR, dia bersama para politisi lain ikut melahirkan reformasi. Dunia tahu bahwa sebelumnya peran militer sangat kuat di Indonesia.
Pada sekitar 1998, SBY melanjutkan, dia pernah diajak bertemu oleh sekelompok organisasi asing. SBY mengakui, kala era transisi itu dia dianggap sebagai orang yang relevan diajak bicara oleh pihak asing yang memperhatikan arah politik Indonesia.
"Mereka katakan ada lima skenario untuk Indonesia, itu di tahun 1998," jelasnya.
Skenario pertama, Indonesia akan bubar seperti negara balkan, lenyap dari peta politik, pecah jadi negara-negara kecil.
Skenario kedua, Indonesia akan jadi failed state dan sulit untuk bangkit kembali. Ketiga, Indonesia dikontrol kelompok Islam yang keras. Skenario selanjutnya Indonesia menjadi negara semi otoritatarian.
Dan skenario terakhir, katanya, untuk menjadi negara demokrasi harus ada jalan panjang yang dilalui Indonesia. Itu pun kalau Indonesia selamat.
"Jawaban saya singkat. Saya tetap optimis, pada saatnya Indonesia akan jadi negara demokrasi dan saya yakin skenario kelima itu yang akan terjadi," tegasnya. [rmol/hta]
KOMENTAR ANDA