Era awal kemerdekaan, tahun 1950-an,masyarakat masih mau mengumpulkan iuran untuk pendanaan parpol. Saat itu, kepercayaan terhadap parpol sangat tinggi. Sekarang parpol sudah dicap buruk rakyat. Bukan berarti parpol itu tak perlu ada, tapi watak politisinya yang harus diubah.
Selain itu, yang harus dievaluasi apakah demokrasi yang dijalankan saat ini sudah on the right track atau belum. Demokrasi Indonesia bahkan lebih liberal dari mbah demokrasi, Amerika Serikat.
"Tidak usah jauh-jauh, lihat saja Bung Hatta yang mengatakan demokrasi Indonesia bukan hanya demokrasi yang mengejar kebebasan dan ekonomi, melainkan demokrasi dari gabungannya, itu demokrasi sosial. Itu sudah akar mengakar di Indonesia. Gotong royong," ujar Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, Fadli Zon, dalam diskusi Tahun Berburu Politik di Warung Daun Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (5/1).
Menurut dia, demokrasi yang dipraktikkan hari ini semakin jauh dari cita-cita. Transaksi politik dianggap biasa. Mereka yang ingin menjadi gubernur atau caleg, pindah-pindah partai biasa. Itulah masalah etika, masalah pergesaran nilai, dan ini membuat politik dijauhi.
"Kalau politik dijauhi orang baik, maka yang masuk preman-preman politik. Dan akhirnya yang menguasai politik itu preman-preman," jelasnya.
"Kita perlu revolusi dari atas, itu sangat mungkin tejadi ketika pemimpin baik dan benar. Maka Indonesia lebih baik, juga satu lapis kepemimpinan yang baik," terangnya.
Perubahan dari semua hal yang jelek dan mengadakan revolusi dari atas itu yang membuat Partai Gerindra begitu percaya diri jauh sebelum 2014 sudah menetapkan Ketua Dewan Pembina Gerindra, Prabowo Subianto, sebagai calon presiden.
"Kita kedepankan presiden, agar rakyat tidak beli kucing dalam karung. Ini kan seperti berjualan, ada barangnya. Jadi perlu ditampilkan. Saya kira ini bagian usaha pendidikan politik kepada rakyat. Kalau suka, partai lain akan ikut," terang Fadli Zon.
Gerindra juga akan membuka perekrutan caleg dengan sangat terbuka. Undangan untuk bergabung dengan Gerindra akan dipasang di semua media massa. Siapapun masyarakat yang mau jadi caleg bebas melamar. [ald/ans/rmol]
KOMENTAR ANDA