Budaya yang ada di Indonesia berbeda dengan adat-istiadat yang hidup di Barat dalam hal keterusterangan akan kesiapan seseorang untuk menduduki jabatan tertentu. Di Barat, orang sudah biasa mengajukan diri dan menyatakan punya kapastitas menduduki jabatan tertentu. Bahkan, mereka sudah lumrah menegasikan pihak lain yang juga mengincar kursi yang sama.
"Kalau budaya Melayu, apalagi masyarakat Jawa, itu nggak boleh bilang dirinya mau jadi pemimpin. Apalagi dalam agama Islam, itukan orang itu tidak boleh mencari-cari kekuasaan. Karena kekuasaan itu amanah," ujar pengamat sosial politik Syahganda Nainggolan kepada Rakyat Merdeka Online pagi ini (Kamis, 3/1).
Syahganda mengungkapkan itu menanggapi pernyataan Presiden SBY yang menganjurkan para tokoh yang mengincar kursi presiden untuk tidak malu-malu tampil ke publik menyatakan kesiapan menjadi calon presiden.
"Jadi sebenarnya pernyatan SBY itu harus kita lihat dulu konteksnya. Apakah kita memang mau total menjadi masyarakat non-Melayu, non-Jawa yang pemimpin itu mengajukan diri. Atau kita tetap pada adat istiadat kita pemimpin itu tidak boleh mencari-cari tapi pemimpin itu harus mendapatkan dukungan dulu," sambung Syahganda.
Syahganda menilai, tidak ada akan ada calon yang berani mendeklarasikan diri sebagai calon presiden sebelum dia memastikan sudah mendapat dukungan dari rakyat.
"Dia lihat masyarakat mendukung tidak. Jadi proses alamiah di Indonesia seperti itu. Tidak seperti di Barat. SBY terlalu Barat. SBY terlalu liberal. Kepemimpinan di Indonesia dari dulu itu sangat ditentukan perasaan musyawarah-mufakat. Jadi kalau sudah banyak orang mendukung, pemimpin itu siap untuk dinyatakan didukung," tandasnya.
Karena memang sejauh ini baru Wiranto dari Partai Hanura dan Aburizal Bakrie dari Golkar yang sudah mendeklarasikan diri sebagai capres. "Hatta Rajasa (PAN) belum deklarasi. Prabowo (Subianto dari Gerindra) juga belum. Walaupun Partai Geridnra akan mengusungnya," ungkapnya.[zul]
KOMENTAR ANDA