
Dari pernyataan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Abraham Samad, status tersangka yang baru-baru ini diberikan KPK kepada dua mantan petinggi BI, Budi Mulyana dan Siti Fajriah, adalah indikasi bahwa secara hukum telah ditemukan kesalahan besar di balik keputusan Boediono mengubah Peraturan BI tentang rasio kecukupan modal (CAR) pada November 2008 yang berpihak pada Bank Century.
Lalu, Boediono juga yang dalam rapat Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) pada 20 Novemberr 2008 sangat ngotot menaikkan status Bank Century dari "ditengarai berdampak sistemik" menjadi "berdampak sistemik", dan memberikan bailout. Dalam, perjalanannya, bailout itu membengkak hingga Rp 6,7 triliun pada Juli 2009.
"Kita bisa menyisihkan polemik yang belakangan muncul karena Abraham Samad melempar bola panas ini ke DPR. Yang paling penting adalah, KPK sudah menaikkan status Centurygate dari penyelidikan menjadi penyidikan. Dua mantan pejabat BI sudah jadi tersangka. Dan akan merembet pada pejabat yang lebih tinggi lagi, yakni Boediono sebagai Gubernur BI," ujar dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta, Teguh Santosa, dalam perbincangan Jumat pagi (28/12).
Menurut Teguh, Centurygate dan keterlibatan Boediono sudah terlalu lama dibiarkan berlarut-larut, sehingga menimbulkan dampak yang tidak sehat serta merugikan pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono.
"Pemerintah kehilangan legitimasi, dan tidak efektif. Dianggap masyarakat sebagai pemerintahan pura-pura. Padahal masih begitu banyak pekerjaan besar yang harus diselesaikan sebelum periode pemerintahan ini berakhir," sambung alumni Univeristy of Hawaii at Manoa (UHM) ini.
Teguh juga mengatakan, dirinya yakin, SBY membutuhkan ketenangan dalam mengarungi dua tahun terakhir yang dimilikinya sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan.
Semakin lama Centurygate dan dugaan keterlibatan Wakil Presiden Boediono dijadikan wacana, maka akan semakin tidak efektif pemerintahan SBY karena energi yang seharusnya diberikan untuk mengerjakan program-program besar jadi sia-sia hanya untuk sekadar mengurusi Boediono.
Di sisi lain, dia juga berharap Boediono dapat melihat persoalan ini dengan dewasa, dan menyadari betapa dirinya telah menjadi salah satu liability factor bagi pemerintahan efektif yang hendak diwujudkan SBY.
"Pengunduran diri Boediono, menurut hemat saya, akan menjadi energi besar bagi pemerintahan SBY untuk move on, menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan besar demi membuktikan janji pada rakyat. Bagaimanapun juga, rakyat ingin melihat Presiden SBY mengakhiri kekuasaannya secara khusnul khotimah," demikian Teguh. [zul]
KOMENTAR ANDA