Peringatan sewindu Tsunami bertepatan jatuh hari ini (26/12/2012). Namun pembangunan struktural di Aceh terkesan masih lambat dan pemerintah Aceh terkesan tak perduli terhadap para pengungsi, yang kondisinya kini terabaikan.
Pengakuan ini datang dari Fazlil Abdullah, salah seorang korban yang kehilangan seluruh keluarganya saat tsnumai melanda Banda Aceh delapan tahun silam. Fazlil yang kini berdomisili di Medan, mengharapkan pemerintah Aceh lebih memperhatikan pembangunan struktural di Aceh.
"Bantuan dana dari luar negeri agar dipergunakan secara transparan, bukan dikorupsi. Saya kira peringatan 8 tahun Tsunami ini adalah momen tepat untuk memperbaikinya" kata Fazlil Abdullah yang juga anggota Aceh Sepakat DPC II Medan, Rabu (26/12/2012).
Ditemui di kediamannya, Jalan Ampera 8, Medan, Fazlil Abdullah mengaku sangat terharu dengan masih diperingatinya bencana yang dasyat itu yang terjadi delapan tahun silam.
Namun menurutnya, rekonstruksi Aceh secara kongkrit belum terlihat nyata. Pembangunan yang dilaksanakan oleh Badan Rehabilitasi Rekonstruksi (BRR) dan badan rekonstruksi aceh (BRA) belum menunjukkan menyentuh. Justru, realisasi pembangunan lebih baik saat ditangani NGO asing.
"Bahkan mereka tidak pernah membebani masyarakat Aceh. Kini setelah kewenangan NGO dibatasi pemerintah Aceh, pembangunan tersebut terkesan tidak maksimal lagi."
" Dari segi pengobatanpun pada masa itu, dokter-dokter Indonesia banyak menyarankan korban untuk diamputasi, sementara anehnya, saat dirawat dokter asing tidak ada opsi amputasi," kenang Fazli.
Fazlil Abdullah hanya dapat mendoakan bagi para korban serta keluarga yang ditinggalkan dan berharap agar pemerintah Aceh dapat memperhatikan para korban Tsunami yang terabaikan serta berharap agar untuk yang akan datang tidak terjadi lagi bencana Tsunami di Aceh. [dewi/ded]
KOMENTAR ANDA