
Dari pendataan Indonesia Police Watch (IPW), kata Ketua Presidium IPW Neta S Pane, kasus salah tembak tahun 2012 ini merata terjadi di seluruh Indonesia, mulai dari Aceh hingga Papua. Kasus pertama terjadi 3 Januari 2012 di NTT dan terakhir 21 November 2012. Sementara korbannya adalah wanita hamil enam bulan, Federika Metelmetti (38) yang tewas ditembak pacarnya, seorang polisi di dekat Pos Polisi Kalimak, Bovendigul, Papua.
"Sebagian besar korban salah tembak adalah akibat peluru nyasar, sebagian lagi karena soal sepele, yakni cemburu dan tersinggung. Korban salah tembak mulai dari anak-anak usia 4 tahun hingga orang tua usia 57 tahun. Korban salah tembak 2012 ini sedikit menurun di banding 2011. Tahun lalu ada 97 orang tak bersalah ditembak polisi, 19 tewas dan 78 luka tembak," kata Neta kepada Rakyat Merdeka Online beberapa saat lalu (Rabu, 26/12).
Dalam catatan akhir Tahun 2012, IPW mencatat, aksi koboi polisi itu ada dua katagori, yakni aksi main tembak dan aksi salah tembak. Korbannya mulai dari orang gila, wanita, pengusaha, polisi, pelajar, dan masyarakat biasa. Yang menarik di tahun 2012 ada dua polisi yang dihukum pengadilan karena salah tembak. Mereka adalah Briptu Eko yang divonis 11 tahun pejara oleh PN Sidoardjo karena menembak mati guru ngaji, dam kedua Aiptu Avit yang divonis PN Tulangbawang 15 tahun penjara karena menembak mati Sahab di lokasi dangdutan.
"Selain itu PN Pasaman Barat menghukum Polsek Kinali membayar ganti rugi Rp 300 juta karena menembak Iwan Mulyadi. IPW berharap Polri mengawasi kinerja jajaran bawahnya agar kasus salah tembak yang merugikan rakyat tidak terus terjadi," demikian Neta. [rmol/hta]
KOMENTAR ANDA