Tokoh muda Moh Jumhur Hidayat menyatakan karakter Indonesia bukanlah karakter yang mati tetapi akan terus hidup dan berkembang sesuai dengan perkembangan akal budi.
Jumhur di Jakarta, Minggu, mengatakan soal karakter dan budaya Indonesia itu akan disampaikan dalam Pidato Kebudayaan di Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta.
"Saya menyampaikan orasi kebudayaan bertajuk membangun karakter Indonesia berbasis sosio-kultural," kata Jumhur yang juga Kepala Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI).
Dewan Kesenian Jakarta dan Lembaga Seni Budaya Muslim Indonesia (Lesbumi) Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jakarta mengundang Jumhur menyampaikan pidato kebudayaan selaku tokoh pergerakan.
Jumhur mengapresiasi penyelenggara dan hadirin acara itu untuk mendengarkan orasi budaya dari seorang bukan budayawan yang hadir tidak sebagai "terdakwa" akibat kasus-kasus TKI seperti selama ini. Jumhur mengatakan karakter Indonesia tidak boleh terbentuk karena meniru-niru secara absolut karakter budaya asing.
Karakter Indonesia haruslah karakter yang hidup dan ditumbuhkan dari akar-akar budaya bangsa sendiri, yang nyata-nyata berdasarkan sejarahnya memiliki keunggulan di berbagai bidang.
"Marilah sekarang kita amati, modernisasi yang terus berlangsung menjadikan jiwa kita gersang oleh rasionalitas Barat yang kaku padahal rasionalitas itu bisa dibumikan dengan budaya setempat untuk menghasilkan output yang lebih bagus lagi. Kita belajar dari Barat bukan untuk meninggalkan budaya kita apalagi mengkhianatinya," katanya.
Ia mempertanyakan mengapa harus membangun karakter Indonesia dengan menyerap begitu kebudayaan-kebudayaan asing dan meninggalkan keunggulan budaya-budaya suku-suku bangsa Indonesia.
"Sudah seharusnya kita menggali terlebih dahulu keunggulan budaya dari suku-suku bangsa Indonesia dan kemudian meresultantekan atau menjadikan kekuatan gabungan yang siap menyerap keunggulan budaya dari perlintasan budaya luar dan kemudian membangun karakter Indonesia yang sesungguhnya," katanya menegaskan.
Politik agung
Jumhur mengatakan pembentukan RI adalah sebuah proyek politik agung dari para pendiri bangsa dan Alhamdulillah sampai saat ini masih berdiri.
"Proyek politik agung ini haruslah kita pelihara agar kekal abadi. Karena itulah maka diperlukan langkah-langkah nyata dari kita terutama yang memiliki kekuasaan untuk ikut ambil bagian dalam penentuan kebijakan," katanya.
"Kita wajib menjaga dan mengembangkan basis-basis sosio-kultural masyarakat Indonesia untuk memberikan warna dalam pembangunan Indonesia. Kita harus menggelorakan berbagai budaya asli dan lama yang bisa bersenyawa dengan rasionalitas dan modernitas serta penghormatan terhadap hak-hak asasi manusia sehingga dapat melahirkan pluralisme Indonesia yang produktif," katanya. [ant/hta]
KOMENTAR ANDA