
Karenanya, forum tertinggi kedua negara yang dihadiri Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Perdana Menteri Malaysia, Najib Razak itu harus menawarkan pengembalian kerukunan antarbangsa serumpun akibat sering dicabik oleh kepentingan sepihak Malaysia.
Tawaran itu, kata Ketua Dewan Direktur Lembaga Kajian Publik Sabang-Merauke Circle (SMC), Syahganda Nainggolan dinilai penting untuk mengukuhkan kerjasama lebih baik ke depan antara Indonesia dan Malaysia, tanpa adanya lagi perilaku penistaan yang acapkali dilakukan Malaysia kepada bangsa Indonesia.
”Bahkan, Presiden SBY diharapkan berpidato dengan mengobarkan keberanian utamanya menyentuh pudarnya semangat persahabatan kedua pihak, termasuk menekankan pandangan kritis atas banyaknya kasus pelecehan kemanusiaan oleh pihak Malaysia terhadap keberadaan WNI/TKI di negeri jiran tersebut,” ujarnya (Selasa, 18/19).
Menurut Syahganda, Presiden SBY juga harus mengingatkan berbagai tindakan ceroboh dan terkesan sengaja aparat Malaysia, dalam melakukan pelanggaran kedaulatan di wilayah NKRI secara berulang-ulang. Ia menambahkan, kasus penghinaan oleh mantan Menteri Penerangan Malaysia, Zainudin Maidin dengan menuduh BJ Habibie sebagai pengkhianat bangsa pun memerlukan penolakan tegas dari Presiden SBY, mengingat sikap tidak terhormat Zainuddin itu telah melukai perasaan bangsa Indonesia yang tergolong menghormati BJ Habibie selaku mantan Presiden RI ke-3.
Syahganda menyebutkan, momentum pertemuan Indonesia-Malaysia kali ini, jelas tak boleh mengabaikan situasi terus memburuk dalam dinamika persahabatan kedua negara akhir-akhir ini, dan bila tidak dibicarakan serius hal itu dapat memunculkan kemelut permusuhan yang semakin parah di kemudian hari.
Selanjutnya, terjadinya perkembangan yang tidak sehat antara Indonesia-Malaysia juga harus disadari penuh para pemimpin Malaysia. Ia menyesalkan, sejauh ini keinginan bertoleransi ataupun upaya mempertahankan nilai-nilai persahabatan dengan bangsa Malaysia hanya datang dari kalangan Indonesia, sementara kekhawatiran serupa atas potensi merusaknya hubungan itu jarang ditunjukkan otoritas resmi pemerintah Malaysia.
”Jadi, jangan dikira soal masa depan hubungan Indonesia-Malaysia itu sekadar untuk kebutuhan nasional Indonesia, sebab seandainya terganggu justru Malaysia akan banyak mengalami kerugian yang membahayakan di tataran regional,” ungkapnya. [zul]
KOMENTAR ANDA