Dalam politik di Indonesia, khususnya pemilihan umum atau pilkada, nomor urut pasangan dianggap penting. Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU), Rudianto menilai, banyak yang percaya munculnya nomor-nomor atau angka-angka tertentu membawa keberuntungan atau sebaliknya adalah mitos.
"Mitos hadir dalam budaya masyarakat dan menyusup dalam berbagai sendi kehidupan termasuk politik," ujar Rudi.
Rudi mengambil contoh beberapa mitos dalam pemilu. Seperti, mitos nomor satu, dimaknai terbaik, paling utama dan terhebat. Makanya kandidat girang dapat nomor urut satu.
Nomor dua, dikesankan sebagai simbol victory atau kemenangan, kandidat akan memakainya sebagai semangat kemenangan. Nomor tiga biasa dikaitkan dengan jumlah ganjil dalam ritus ibadah Islam sehingga dikesankan positif.
Nomor empat sedikit sulit dimaknai, karena bilangan empat cenderung jarang dimitoskan. Tapi biasanya akan dicari konteksnya oleh tim sukses.
Sementara Nomor urut lima dihubungkan dengan waktu salat dan bilangan jari tangan. Ini juga disenangi kandidat. Tapi jika pasangan hanya lima, nomor lima jadi dianggap tidak hoki karena dimaknai sebagai paling buntut atau paling akhir yang dalam olahraga atau kompetisi lain dianggap paling lemah.
"Mitos tentu saja belum tentu benar dan bahkan sangat mungkin salah. Angka 1 yang dianggap nomor hoki, dalam faktanya bisa saja menjadi pecundang. Contohnya Jokowi-Ahok yang nomor 3 mengalahkan Foke-Nara nomor 1 pada putaran 1 pilkada DKI Jakarta," ujar Rudi.
Menurut Rudi, dalam teori komunikasi politik, mitos tidak begitu populer apalagi dihubungkan dengan kemenangan seseorang atau pasangan kandidat. " Belum ada riset yang membuktikan hubungan antara nomor urut dengan kemenangan kandidat. Kunci kemenangan terletak pada perencanaan dan penerapan marketing politik," imbuh Rudi.
Mempercayai mitos nomor urut bisa menguntungkan tapi bisa sebaliknya. Sebagian masyarakat ada yang menilai orang-orang yang percaya mitos dianggap tidak rasional dan kuno. Justru kini seseorang yang bisa melawan mitos, akan dianggap hebat.
"Sebenarnya angka 1-5 sama saja dan tidak memiliki makna apapun selain penanda saja sama dengan fungsi menandai rumah. Tapi ia akan bernilai jika dikonstruksi secara kreatif oleh tim sukses agar bisa dikenal, dipahami dan diingat oleh publik sebagai penanda yang khas masing-masing pasangan," pungkas Rudi. [ded]
KOMENTAR ANDA