Standart etika yang rendah disinyalir sebagai pemicu sulitnya bangsa Indonesia lepas dari belenggu korupsi.
Ini berdasarkan fakta, soal masalah korupsi yang melibatkan pejabat secara personal dalam sebuah instansi, maupun organisasi massa seperti partai politik.
Akibatnya, sistem tidak memiliki kekuatan menimbulkan rasa malu bagi pelakunya.
Hal diatas disampaikan oleh mantan Menteri Perekonomian Indonesia, DR. Rizal Ramli, dalam kuliah umum, Menata Ulang Kedaulatan Ekonomi Bangsa, di Fisip USU, Sabtu (15/12/2012).
"Tidak ada standart etika yang tinggi di Indonesia, membuat rasa malu menjadi seorang tersangka korupsi tidak akan muncul, " jelas Rizal Ramli.
Saat ini menurutnya, standart etika yang tinggi, masih dimiliki oleh pejabat dan politisi di negara maju, seperti Eropa dan Jepang. Salah satu indikasinya, yakni tidak ada satupun pejabat atau politisi yang dituduh korupsi sanggup tampil didepan umum.
"Di eropa dan jepang, semua yang dituduh korupsi tidak akan berani muncul ditelevisi, bahkan biasanya mereka mundur dari jabatannya, rasa malu itu penyebabnya, " katanya.
Lebih jauh Rizal Ramli, mengatakan merosotnya standart etika di Indonesia, terjadi dalam 20 tahun terakhir. Sebelumnya, kondisi seperti ini tidak terjadi. Bahkan sebelum tahun 1965, Indonesia menurutnya memiliki standart etika yang sejajar dengan negara-negara maju, ketika dibawah kepemimpinan tokoh-tokoh besar seperti Soekarno, M. Hatta, Sutan Sjahrir dan lainnya.
"Mereka merupakan pemimpin yang beretika tinggi sehingga sangat disegani dimata dunia, " ujar Rizal.
Namun hal seperti ini sangat berbeda dengan pejabat dan politisi Indonesia sekarang. Dimana orang-orang petinggi Indonesia tidak lagi disegani dimata dunia. Akar permasalahannya adalah korupsi yang terus menerus menggerogoti perekonomian negara. [alf]
KOMENTAR ANDA