BARANGKALI sebagian diantara kita sudah tahu soal ini. Tapi barangkali pula, sebagian lain yang lebih besar jumlahnya belum tahu soal ini. Ini soal nama, identitas yang boleh jadi menujukkan eksistensi keberadaannya.
Adalah Neither-Land, atawa Nederland yang kelak kemudian hari orang di sepanjang jajaran kepulauan Sabang-Merauke ini mengenalnya sebagai Belanda.
Konon, negara yang mengawali penjajahannya di sebagian daratan Sabang-Merauke dengan perusahaan dagang swasta ini tidak dikenal secara populer sebagai suatu identitas negara. VOC atau kumpeni lebih akrab di telinga orang "setempat" ketika itu.
Penggunaan istilah setempat (dengan tanda petik) untuk menjelaskan perbedaan identitas antara kumpeni dan orang yang harus bekerja rodi untk kumpeni.
Ketika Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) runtuh oleh Vergaan Onder Corruptie (plesetan untuk VOC yang bubar setelah bangkrut disebabkan korupsi), roda merkantilis kemudian diambil alih oleh Kerajaan Netherland dan diubah menjadi politik kolonialis, maka di saat itu pula, pelan-pelan istilah "kumpeni" memudar. Kemudian istilah Belanda yang sebelumnya sudah ada namun kurang populer muncul dan terus melekat di hati rakyat.
Belanda?
Kenapa Belanda dan bukan Kerajaan Neither-Land? Dari mana barang itu muncul?
Istilah Belanda tidak lahir sekonyong-konyong. Dalam sebuah dokumentasi, tercatat mengenai pertemuan para ulama di abad 17 yang dipelopori Syech Nurcodim al Baharuddin yang ingin menentang arus penjajahan dan hegemoni ekonomi Kerajaan Neither-Land. Dalam Mudzakarah ulama itu istilah Belanda muncul untuk kemudian dipopulerkan sebagai dakwah anti penjajahan dan kolonisasi kerajaan Neitherland.
Belah-nde. Istilah itu terdiri dari dua kata. Yang berarti membelah keluarga. Istilah itu memang dimunculkan untuk mengingatkan kepada orang-orang bahwa sebenarnya politik adu-domba yang sedang digencarkan kolonialis-imperialis Neither-Land patut dilawan.
Maka sejak propaganda anti adu-domba, istilah Belahnde atau Belanda kemudian terpatri di sanubari orang-orang yang pernah memiliki catatan buruk atas kehadiran baik itu merkantilis ataupun kolonialis.
Sebagai slogan pemersatu, dalam Mudzakarah Ulama itu, sebagai antitesa Belahnde, muncul istilah Semende. yang berarti same atau sama. Semende adalah lawan Belahnde.
Jadi, bila hari ini bertemu, jangan sebut "Belanda" kepada orang "Belanda". Karena mereka tidak tahu, kalau mereka pernah menjadi Belahnde. [hta]
KOMENTAR ANDA