post image
KOMENTAR
Ada dua kesalahan Ketua DPP Partai Demokrat Sutan Bhatoegana saat menyatakan bahwa mantan Ketua Umum PBNU Abdurrahman Wahid atau yang akrab disapa Gus Dur dilengserkan dari kursi Presiden pada tahun 2001 lalu karena terlibat kasus korupsi Buloggate dan Bruneigate.

Pertama, Sutan tidak mampu menyelami psikologi warga nahdliyyin yang masih traumatik dengan kejatuhan Gus Dur. Apapun harus dipahami bahwa kejatuhan Gus Dur bukan sekadar menyangkut persoalan hukum, tapi lebih dominan karena persoalan politik. Gus Dur jatuh karena kalah di parlemen.

"Ini yang tidak dipahami oleh Sutan. Nah, warga nnahdliyin masih trauma dengan pelengseran itu," ujar Sekretaris Departemen Agama DPP Partai Demokrat Mamun Murod Al-Barbasy kepada Rakyat Merdeka Online (Rabu, 28/11).

Kedua, Sutan juga tidak mampu memahami posisi politik Gus Dur di mata warga nahdliyin. Gus Dur bagi warga nahdliyin dan beberapa elemen di luar NU itu segalanya. "Gus Dur itu pusering dunyo Nahdliyin. Ini yang tidak dipahami oleh Sutan," sambung Mamun.

Meski begitu, Mamun yakin Sutan tidak punya niat untuk melecehkan Gus Dur. Sutan hanya tanpa sadar terpancing 'provokasi' Koordinator Gerakan Indonesia Bersih Adhie Massardi yang sama-sama menjadi pembicara pada acara diskusi tentang pembubaran BP Migas Rabu lalu di gedung DPR.

"Kalau Gus Dur masih hidup, saya yakin Gus Dur akan biasa-biasa saja menyikapinya. Malah saya yakin Gus Dur akan mendoakan Sutan yang sudah keseleo lidah," imbuh penulis disertasi di Universitas Indonesia dengan judul Islam dan Negara, Studi  Elit Lokal Muhammadiyah dan NU tentang Ideologi Negara dan Syariat Islam Pasca Orde Baru ini sambil tertawa. [rmol]zul]
 

PHBS Sejak Dini, USU Berdayakan Siswa Bustan Tsamrotul Qolbis

Sebelumnya

PEMBERDAYAAN PEREMPUAN NELAYAN (KPPI) DALAM MENGATASI STUNTING DAN MODIFIKASI MAKANAN POMPOM BAKSO IKAN DAUN KELOR DI KELURAHAN BAGAN DELI

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Peristiwa