Tanggal 1 Muharam yang merupakan hari pertama dalam kalendar Hijriah identik dengan spirit hijrah Nabi Muhammad SAW dalam mentransformasi tatanan sosial kemasyarakatan yang mampu mendorong partisipasi rakyat atas dasar kerelaan, keswasembadaan, ketaatan pada hukum, keswadayaan, dan kemandirian.
Begitu disampaikan Pemimpin Pondok Pesantrean Al Mizan, Majalengka, KH Maman Imanulhaq.
Sementara dalam pandangan masyarakat Jawa dan Sunda, ujar Kh Maman dalam keterangan yang diterima redaksi beberapa saat lalu (Selasa, 20/11) 1 Sura adalah hari sakral dan keramat. Kesakralan (kesucian) dan kemuliaan (keramat) Sura terletak prinsip cinta tanpa primordialisme serta komitmen kuat menjadikan spiritualitas energi untuk perubahan, perdamaian serta ketakdziman kepada orang tua dan peninggalan leluhur berupa warisan budaya dan kearifan lokal.
Bahkan bagi adat Sunda dan Jawa, selama bulan Sura, semua orang harus menjalani laku keprihatinan dan introspeksi.
KH Maman menyesalkan manuver Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) yang dipimpin Jero Wacik yang memerintahkan semua eks karyawan BP Migas berkumpul di tanggal 1 Muharam atau 1 Sura yang bertepatan dengan Kamis, 15 November lalu.
“(Sayang sekali) Menteri ESDM tidak memahami mengapa orang Sunda dan Jawa selalu melakukan pencucian pusaka pada saat tanggal sakral itu. Kalau dalam laku Suran ada ritual menyucikan Jimat atau siji sing dirumat (satu yang dirawat), maka pada bulan ini kita harus menyucikan Indonesia," demikian KH Maman. [rmol/hta]
KOMENTAR ANDA