Studi yang dilakukan Tim Terpadu Riset Mandiri terhadap situs megalitikum Gunung Padang di Cianjur, Jawa Barat, semakin lengkap.
Tim yang diinisiasi Kantor Staf Khusus Presiden bidang Bantuan Sosial dan Bencana itu kini melengkapi studi mreka dengan analisa citra Interferometric Synthetic Aperture Radar (IFSAR) yang jauh lebih akurat.
Pemetaan geologi konvensional yang dilakukan selama ini menggunakan peta dengan skala rata-rata 1:250.000. Padahal pemetaan geologi membutuhkan peta dengan skala yang jauh lebih detil yakni 1:50.000.
Selama ini Kantor Staf Khusus yang dipimpin Andi Arief telah menggunakan berbagai piranti dalam menstudi benda yang diyakini berusia ribuan tahun di bawah situs megalitikum Gunung Padang.
Diawali dengan data geolistrik dan georadar yang digunakan Tim Bencana Katastropik Purba yang merupakan cikal bakal Tim Terpadu Riset Mandiri. Tim juga menggunakan metode uji carbon dating dan data petrologi-petrografi serta analisis K-AR dating untuk menentukan umur batuan andesit seperti yang dilakukan DR Danny Hilman/tim Geologi. Juga menggunakan data sipil arsitektur seperti yang dilakukan Ir Pon Purajatnika, dan data arkeologi yang digunakan DR Ali Akbar.
"Untuk menyelesaikan pemetaan secara konvensional dibutuhkan waktu sekitar 50 hingga 100 tahun. Dengan kemajuan teknologi informasi maka penggunaan teknologi penginderaan jauh untuk memetakan unsur geologi di seluruh wilayah Indonesia merupakan salah satu alternatif," ujar DR Boediarto OntoWirjo, salah seorang Asisten Staf Khusus Presiden yang juga anggota Tim Terpadu Riset Mandiri.
Citra IFSAR untuk pemetaan geologi merupakan salah satu aplikasi teknologi penginderaan jauh. Tim Terpadu Riset Mandiri memperoleh citra IFSAR itu dari Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal) yang membuat citra dan peta topografi digital terbaru.
Teknologi IFSAR menghasilkan dua produk inti, yaitu Orthorectified Radar Imagery (ORI) dengan resolusi 1,25 meter dan data Digital Elevation Model (DEM) dengan resolusi lima meter. Produk-produk lainnya adalah seperti peta dasar skala 1:5.000 hingga 1:10.000 yang bisa dihasilkan dengan mudah dari produk inti.
Data citra IFSAR yang mempunyai resolusi tinggi ini dianalisa sehingga dapat diperoleh informasi mengenai geologi. ORI dan DEM dapat diolah lebih lanjut guna menghasilkan beberapa produk, seperti informasi geografis, visualisasi 3D.
Nilai lebih teknologi ini karena memiliki sensor aktif yang mampu menembus awan, asap dan kabut, serta kemampuan melakukan akuisisi data pada malam hari. Data IFSAR selain mendapat informasi geologi (natural) atau bukan juga sangat bermanfaat untuk melihat dan menentukan pergerakan sesar aktif seperti sesar atau patahan Lembang, sesar atau patahan Cimandiri. [hta]
KOMENTAR ANDA