Oleh: Adhie M. Massardi
HARI-hari ini bangsa Indonesia jauh lebih membutuhkan Muhammadiyah ketimbang pada 18 November 1912, saat KH Ahmad Dahlan mendeklarasikan perkumpulan organisasi sosial (non-politik) yang bergerak di bidang sosial, pendidikan.
Sebab pada masa itu, meskipun masyarakat kita masih bodoh karena berada dalam kungkungan penjajah (Belanda), tapi moralitas tokoh-tokoh masyarakatnya masih terjaga. Kalangan ulama dan para intelektualnya, masih menghormati tata nilai.
Oleh sebab itu, meskipun mengalami resistensi, tapi gerakan pencerahan berbasis nilai-nilai Islam yang dipelopori KH Ahmad Dahlan relatif berjalan sangat mengesankan. Bahkan para calon pamongpraja yang hendak mengabdi kepada penjajah Belanda sebagai pejabat negara, menyimak dengan seksama, sehingga kelak di kemudian hari mereka juga menjadi kader-kader penggerak dalam mencerahkan bangsanya.
Tapi sekarang, tata nilai dan moralitas di kalangan tokoh masyarakat, juga para intelektualnya, sudah mulai merapuh. Sedang para pejabat negara nyaris di semua tingkatan sibuk memperkaya diri. Korupsi bersimaharajalela. Para koruptor beraksi secara rpofan. Terbuka dan tanpa rasa malu.
Bangsa Indonesia sekarang ini memang sangat membutuhkan organisasi gerakan pencerahan (moral) seperti Muhammadiyah yang digagas KH Ahmad Dahlan.
Kepeloporan Muhammadiyah untuk melakukan uji materi UU 22/2001 ke Mahkamah Konsttusi, dan berhasil, memang baru merupakan “langkah kecil” dalam mengembalikan nasionalisme dan harga diri bangsa yang nyaris sirna. Tapi seperti kata pepatah Cina, perjalanan 5000 li harus senantiasa dimulai dari langkah pertama, dari langkah kecil.
Muhammadiyah memang perlu terus memelopori langkah-langkah lanjutan guna mengembalikan kedaulatan bangsa dan negara, yang di banyak sektor kian tergerus.
Dalam kondisi kehidupan kita dalam berbangsa dan bernegara yang sudah karut-marut seperti ini, memang tidak cukup lagi gerakan yang hanya terbatas di sektor pendidikan. Harus ada kepeloporan dalam gerakan yang nyata, karena parta-partai politik, yang seharusnya memperjuangkan kesejahteraan umum, memilih berjuang untuk dan atas nama mereka sendiri.
Gerakan perlawanan terhadap korupsi seperti GIB (Gerakan Indonesia Bersih), adalah buah dari kerpihatinan tokoh-tokoh lintas agama dan kalangan civil society terhadap kejahatan korupsi yang digagas di Kantor Pusat Dakwah Muhammadiyah pada akhir 2009.
Maka dalam memasuki usia satu abad sekarang ini, Muhammadiyah harus merevitalisasi diri dan menambah irama perjuangannya.
Maka agar tetap menjadi pelopor gerakan pencerahan, Muhammadiyah bukan hanya memberi pencerahan lewat pendidikan semata, tapi juga memelopori gerakan civil society di negeri ini.
Selamat Milad satu abad. Dirgahayu Muhammadiyah![***]
KOMENTAR ANDA