Banjir bandang akibat jebolnya tanggul Kali Laya dan mengakibatkan puluhan rumah terendam banjir bukan merupakan bencana, melainkan hanya kelalaian.
Ketua Komisi D DPRD Kota Depok Sri Rahayu Purwitaningsih mengatakan hal itu saat meninjau langsung korban jebolnya tanggul Kali Laya di Depok, Kamis (15/11).
"Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air (BMSDA) Kota Depok seharusnya serius dalam membangun tanggul," kata Sri Rahayu.
Menurut dia, pihaknya juga sudah berkali-kali memperingati akan kemungkinan jebolnya turap, tapi tidak pernah ditanggapi dengan benar. Kata dia, Dinas BMSDA berbohong dengan membuat laporan pada wali kota kalau ini yang pertama kalinya jebol. Padahal sudah dua kali selama pengerjaan dilakukan.
BMSDA Kota Depok mengaku jebolnya turap ini adalah yang pertama. Hal itu diungkapkan salah seorang petugas saat Wali Kota Depok Nur Mahmudi Ismail mengunjungi lokasi kemarin.
Hingga hari keempat pasca-jebolnya turap Kali Laya, Sukmajaya, warga dan sejumlah elemen masih terlihat membendung luapan air. Kasus ini menarik perhatian berbagai kalangan.
Turap setinggi tiga meter itu mulai dikerjakan Oktober dan menelan anggaran hingga Rp300 juta. Selama pengerjaan, turap itu sudah jebol dua kali. Kejadian pertama sekitar akhir Oktober dan kedua pada Senin (12/11) malam lalu yang mengakibatkan 30 rumah di RW terendam air.
Hal senada dikatakan oleh anggota Komisi D Fraksi PDIP Siswanto yang merasa heran mengapa pemkot Depok tidak pernah serius menanganani pembuatan tanggul kali Laya.
"Alokasi anggaran untuk penanggulangan Kali Laya mencapai Rp5 miliar per tahun, namun hingga tidak selesai, ada apa ini," tanyanya.
Kali Laya menampung beban air berat dari Kali Baru dan Kali Jantung. Perumahan Bukit Cengkeh berada lebih rendah dari Kali Laya. [ant/hta]
KOMENTAR ANDA