Anggota Komisi VII DPR kompak mencecar berbagai pertanyaan pada Mantan Direktur Utama PT PLN Dahlan Iskan pada rapat kerja dan rapat dengar pendapat umum.
Padahal dalam rapat ini tak hanya Dahlan yang hadir. Ada Menteri ESDM Jero Wacik, Dirut PT. PLN, Dirut PT. Pertamina yang diwakilkan, Ka BPH Migas, Ka BP Migas. Namun entah mengapa, Dahlan lebih banyak dibanjiri pertanyaan.
Menanggapi pertanyaan-pertanyaan itu, Dahlan dengan tegas menjawab satu persatu pertanyaan anggota Komisi yang membidangi Energi dan Sumber Daya Mineral di DPR ini. Bahkan Dahlan tak segan-segan menantang kembali pernyataan beberapa anggota DPR mengenai pernyataan dirinya yang dapat dipertanggungjawabkan.
Seperti saat menanggapi pertanyaan anggota Komisi VII dari Fraksi Partai Amanat Nasional (PAN), mengenai pemborosan keuangan negara yang bertambah besar saat dirinya menjabat sebagai Direktur Utama PT PLN.
Menurut Dahlan, hal itu sudah sangat jelas terjadi lantaran jauh sebelum dirinya menjabat posisi tersebut, ia sudah sering berulang kali mengatakan bahwa PLN banyak salah makan.
"PLTG bukan pakai gas, tapi malah pakai bahan bakar minyak. Tapi kenapa ketika saya masuk malah tetap pakai BBM? Ini sudah jelas karena PLN tidak mendapat pasokan gas," ujar Dahlan saat menjawab pertanyaan tersebut di ruang rapat komisi VII DPR, Senayan, Jakarta, Selasa (13/11).
Dikatakan Dahlan, jika dulu saat menjabat sebagai Dirut PLN dirinya mempunyai kuasa untuk merampas gas atau sumur gas, maka hal itu akan dilakukannya. Namun hal itu sudah jelas tidak dapat dilakukan, karena bukan kewenangannya. Bahkan menurut Dahlan, dia sampai mencari gas ke Irak untuk mendapat pasokan gas bagi PLN.
Namun hal itu urung dilakukan lantaran saat itu Indonesia terkendala masalah politik dengan negara tersebut.
"Saya juga minta bersama-sama direksi mau membeli sumur gas saja, agar PLN punya sumber gas sendiri, tapi kan itu tidak bisa dilakukan," paparnya.
Sementara menanggapi pernyataan anggota Komisi VII dari Fraksi PDI Perjuangan, Dewi Aryani yang menyebutkan tindakan Dahlan menyesatkan karena kalau PLTG tidak pakai BBM, maka Jakarta akan gelap gulita, dijawabnya dengan santai. Dijelaskan Dahlan bahwa secara harfiah tidak seperti itu.
"Misalnya PTLG Tambak Lorok mati tidak pakai BBM maka Jakarta Utara akan kehilangan 1.000 Mega Watt. Dan pada saat itu sistem transmisi tidak bisa membackup sistem listrik yang lain, kalau sekarang bisa, kalau dulu tidak bisa, bayangkan kalau PLTG-PLTG tersebut kehilangan 1.000 MW gelap gulita jadinya, dan bisa terjadi PHK pegawai," jelasnya.
Bahkan Dahlan menantang beberapa pernyataan anggota DPR yang mengungkapkan ada genset di Pulau Jawa.
"Pernyataan Bapak bisa dipertanggung jawabkan tidak?, kalau ada pembangkit genset di Jawa? jangan sampai ini menyesatkan, karena tidak ada satupun genset di Jawa, genset hanya untuk daerah terpencil yang mengalami krisis listrik," pungkas Dahlan.
Rapat yang digelar sejak pukul 10.00 WIB tadi, sedianya dijadwalkan selesai pukul 12.00 WIB, namun berhubung banyaknya anggota Komisi VII bertanya pada Dahlan, rapat terpaksa harus diberi tambahan waktu. Sekitar hampir dua jam waktu tambahan diberikan. Bahkan saking banyaknya pertanyaan, rapat kali ini terpaksa harus ditunda lagi.
Pimpinan rapat komisi VII DPR, Effendi Simbolon menyarankan pada Dahlan agar dia tidak hanya membaca resume hasil temuan BPK, namun harus baca secara keseluruhan, agar kedepan lebih memahami hasil temuan BPK. Dan Komisi VII DPR akan jadwalkan pemanggilan bagi mantan Dirut PLN periode pertama dan 2009 seperti yang dipinta Dahlan. [rmol/hta]
KOMENTAR ANDA