post image
KOMENTAR
Peringatan Hari Pahlawan yang jatuh pada tanggal 10 November selalu mengingatkan kita pada kegigihan pahlawan dalam mempertahankan NKRI.

Namun, ada hal penting yang terlupakan dalam sejarah, yaitu peranan para kyai, khususnya Ulama NU,  Hasyim Ashari dalam membakar semangat melawan penjajah.

Menurut Ketua Umum PB NU Said Aqil Siradj, hal yang terlupakan itu adalah Resolusi Jihad NU. Ini yang kemudian membuat pasukan sekutu dibuat kewalahan.

"Peran Kyai NU yang menjadi aktor penting dalam gerakan 10 November di Surabaya. Pada awal September 1945, NICA (Netherlands Indies Civil Administration) memberitahu akan datang ke Indonesia untuk mengurus tentara-tentara Belanda yang masih ada dalam di penjara Indonesia yang dipenjarakan oleh Jepang. Tapi NICA bawa senjata secara lengkap," cerita Kyai Said.

Persenjataan lengkap yang dibawa NICA membuat Bung Karno dengan seluruh jajaran pemimpin seperti, Bung Hatta dan Jenderal Sudirman, mengadakan rapat untuk melawan.

Namun rapat tersebut sempat terhenti kala para pemimpin ini kebingungan, dengan cara apa mereka mereka melawan. Pasalnya, saat itu tentara masih letih usai melakukan perang  kemerdekaan.

"Tentara? tentara kan baru saja perang kemerdekaan, masih capek, jadi tidak mungkin dikerahkan," gurau Kyai Said yang diiringi tawa audiens.

Akhirnya dalam rapat itu ada yang mengusulkan untuk mengerahkan kekuatan rakyat. Namun lagi-lagi pertanyaan kembali muncul, yaitu dengan cara apa jajaran elit pemerintah saat itu bisa menghimpun rakyat?

Akhirnya, tercetuslah ide memanfaatkan peran kyai untuk menghimpun rakyat. Ini karena kyai memiliki basis masa di setiap pondok yang tersebar di seluruh negeri.

Presiden Soekarno kemudian mengirim utusan ke Ponpes Tebu Ireng menemui Kyai Hasyim Ashari dan menanyakan perihal hukum islam bagi seorang pembela tanah air.

"Tanah dan air? lemah karo banyu? Bukan membela agama Islam?," gurau Said menirukan jawaban Hasyim Ashari yang agak bingung dengan pertanyaan utusan presiden itu.

Kyai Hasyim pun merenung sejenak dan mengatakan kepada utusan itu bahwa hukum membela tanah air adalah Fardhu a'in, wajib dilakukan dan jika  tidak melakukan akan berdosa.

Mulai dari saat itu, Kyai Hasyim segera menyerukan ke semua pengurus NU diseluruh nusantara untuk berkumpul di Tebu Ireng pada tanggal 20-22 Oktober. Dan hasil dari perkumpulan para kyai NU ini adalah Resolusi Jihad 22 Oktober.

"Hasilnya, pada tanggal 25 Oktober arek-arek Suroboyo siap ngeroyok NICA. Puncaknya pada tanggal 30 Oktober Jenderal Mallaby mati, karena ada yang menaruh bom di mobilnya. Serangkaian perang pun terjadi hingga puncaknya pada 10 November 1945 NICA mengaku menyatakan kalah meski berhasilmembunuh ratusan ribu warga Indonesia danberhasil menduduki Surabaya," jelasnya.

Said pun mengimbau kepada generasi penerus agar Resolusi jihad 22 Oktober untuk melawan NICA ini terus didukung agar tercatat dalam sejarah dan dikenal oleh generasi nantinya. [rmol/hta]

PHBS Sejak Dini, USU Berdayakan Siswa Bustan Tsamrotul Qolbis

Sebelumnya

PEMBERDAYAAN PEREMPUAN NELAYAN (KPPI) DALAM MENGATASI STUNTING DAN MODIFIKASI MAKANAN POMPOM BAKSO IKAN DAUN KELOR DI KELURAHAN BAGAN DELI

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Peristiwa