post image
KOMENTAR
Ketua Umum Dewan Pimpinan Nasional Sentral Organisasi Karyawan Swadiri Indonesia (Depinas SOKSI) DR Ade Komarudin menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada pemerintah yang telah menganugrahi gelar Pahlawan Nasional kepada proklamator bangsa, Presiden RI pertama Bung Karno dan Bung Hatta.

"Selaku Ketua Umum Depinas SOKSI, saya memberikan apresiasi yang setinggi-tingginya karena baik Bung Karno maupun Bung Hatta adalah founding fathers bangsa yang selayaknya mendapatkan penghargaan atas jasa dan pengabdiannya terhadap bangsa dan negara," ujarnya pada acara Pelantikan Depicab SOKSI Kabupaten Blitar di Patria Hotel, Blitar, Kamis (8/11).

Hadir pada acara pelantikan Depicab SOKSI Blitar, Bupati Blitar Heri Nugroho, Ketua Depidar SOKSI Jawa Timur yang juga Bupati Malang Rendra Kresna, Sekretaris Dewan Pembina SOKSI Bobby Suhardiman, Rusmin Effendy, Sekjen AMPG Sarmudji, Ketua Depidar SOKSI Bali I Bagus Andhi Mahendra Putre, Budiyanto, Lutfi Alkatiri serta Ketua Depicab SOKSI Kabupaten Blitar Muhammad Agus Slamet.

Menurut Ade Komarudin, sebagai fouding fathers bangsa, jasa besar Bung Karno-Hatta tidak bisa dibalas dengan apapun, termasuk memberikan gelar kepahlawanan. Karena, sejak era pergerakan nasional dan kemerdekaan, Bung Karno sebagai putra bangsa kelahiran Blitar mampu menjadi pemimpin pergerakan nasional tahun 1920-an hingga menjadi Proklamator dan Presiden RI pertama.

"Kepemimpinan Bung Karno dikenal sebagai pemimpin dengan tipe solidarity maker. Sampai saat ini kita merasakan legacy atau peninggalan beliau berupa 4 pilar kebangsaan yaitu Dasar Negara Pancasila, UUD RI 1945, Bhinneka Tunggal Ika dan NKRI," kata dia.

Menjawab masih adanya rencana pemindahan makam Bung Karno, DR A-kom, demikian Ade Komarudin biasa dipanggil menjelaskan, terlepas kontroversi pemindahan makam yang sempat diperdebatkan pada era 80-an sebaiknya tidak perlu diperdebatkan lagi.

"Biarkan hawa kekuasaan yang diserap oleh rakyat Indonesia berbondong-bondong datang ke Blitar. Biarkan Bung Karno tetap bersama rakyat. Itulah teka teki mengapa Pak Harto memakamkan Proklamator Bung karno di Blitar. Begitu pula dengan makam Pak Harto di Giribangun, ditengah-tengah rakyat. Soal ada wasiat Bung Karno ingin dimakamkan di Batu tulis, saya kira sebaiknya dibicarakan dengan ahli waris. Prinsipnya, Bung Karno harus tetap berada ditengah-tengah rakyat," ujarnya.

Menurut DR A-kom, sebelum menghadiri pelantikan Depicab SOKSI Blitar, dirinya bersama Bobby Suhardiman dan rombongan Depinas terlebih dulu menyempatkan waktu berziarah dan membaca Surat Yasin di makam Bung Karno hingga Pukul 00.00 WIB.

"Sebagai tokoh besar bangsa dan mantan Presiden RI kita memanjatkan doa, baca Surat Yasin, mencari sawab, ngalap berkah menghirup hawa kekuasaan Bung karno," papar dia.

Selain itu, lanjut dia, SOKSI yang dipimpinnya juga ikut memperjuangkan ajaran Trisakti dari Presiden Soekarno yaitu Berdaulat secara politik, Berdikari secara ekonomi dan Berkepribadian secara sosial- budaya apalagi di tengah era globalisasi sekarang ini yang harus jadi pegangan kita semua agar kita dapat mengambil manfaatnya dengan baik. Setelah Bung Karno, Pak Harto juga mempunyai konsep Trilogi Pembangunan yaitu, Stabilitas Politik, Pertumbuhan Ekonomi dan Pemerataan. Presiden Habibie sendiri meninggalkan legacy berupa demokratisasi dan otonomi daerah. Presiden Abdurahman Wahid (Gus Dur)terkenal dengan gagasan pluralismenya. Kemudian Presiden Megawati mewarisi sistem pemilihan umum langsung yang Demokratis, begitu pula dengan Presiden SBY yang terus mendorong pemberantasan korupsi.

"Karena itu, kita sebagai generasi penerus bangsa harus menjaga, merawat dan mengembangkan warisan dari para pemimpin bangsa terdahulu. Partai Golkar sendiri mempunyai konsep Catur Sukses yaitu pertama, pertumbuhan ekonomi, kedua, pemerataan pembangunan, ketiga, stabilitas keamanan dan keempat faham kebangsaan yang disesuaikan dengan globalisasi yang diambil dari pelajaran masa lalu untuk menjawab tantangan masa depan," ujarnya.

Dr A-Kom juga menjelaskan, selain para pemimpin bangsa, Pendiri SOKSI Prof DR Suhardiman juga mempunyai konsep Manusia Baru menuju masyarakat Pancasila. Untuk mewujudkan semua itu, SOKSI sebagai ormas yang mendirikan Partai Golkar turut memperjuangkan Negara Kesejahteraan Berdasarkan Pancasila sebagai antitesis dari neoliberalisme yang semakin menguat saat ini didunia global. Bahkan, Presiden Amerika Barrack Obama yang baru saja terpilih untuk kedua kalinya juga telah mengatakan bahwa era kapitalisme telah berakhir.

"Karena itu, konsolidasi organisasi dan semua elemen bangsa harus terus dijalankan di Blitar dan seluruh Jawa Timur. Para pendiri bangsa ini dahulu adalah orang-orang yang bergerak dan membangun organisasi sosial kemasyarakatan. Saya berharap seluruh kader SOKSI bisa meneladani apa yang sudah dilakukan para pemimpin bangsa dan menjadi pegangan kita semua. Setiap amanah yang telah diberikan harus dijalankan sebaik-baiknnya agar dapat bermanfaat sebesar-besarnya bagi organisasi, masyarakat sekitar dan kita sendiri," ujarnya.

Di hadapan 500 pengurus SOKSI di Blitar, DR A-Kom juga berharap SOKSI di Jawa Timur harus tetap melakukan konsolidasi organisasi sampai ke desa-desa, termasuk menginventarisasi semua asset SOKSI yang menjadi hak kita harus diperjuangkan agar menjadi hak kita kembali.

"Saya percaya Ketua Depidar SOKSI Jawa Timur Pak Rendra dan Pak Otje selaku Sekretaris bisa menyelesaikan masalah ini dengan baik dan seluruh asset SOKSI bisa kembali. Sesuai slogan SOKSI, kita harus Maju terus pantang mundur. Kalau kita mundur kalau mati. Sepanjang hidup kita harus maju terus," ujarnya.

Seperti diketahui, makam Proklamator RI Ir Soekarno di Blitar yang wafat dan dimakamkan pada 21 Juni 1970 silam, diapit oleh makam kedua orang tuanya, yakni R Sukemi Sosrodihardjo dan Ida Ayu Nyoman Rai. [rmol/hta]

PHBS Sejak Dini, USU Berdayakan Siswa Bustan Tsamrotul Qolbis

Sebelumnya

PEMBERDAYAAN PEREMPUAN NELAYAN (KPPI) DALAM MENGATASI STUNTING DAN MODIFIKASI MAKANAN POMPOM BAKSO IKAN DAUN KELOR DI KELURAHAN BAGAN DELI

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Peristiwa