Ahli penyakit diabetes Prof Dr dr. Darwin Dalimunthe menyebutkan jumlah penderita gula di Sumut lebih banyak dibandingkan daerah lain akibat pola hidup masyarakatnya yang cenderung mengonsumsi karbohidrat seperti nasi yang berlebihan.
"Memang belum ada data resmi berapa jumlah penderita penyakit gula di Sumut, tetapi trennya meningkat dibandingkan daerah lain,"katanya di Medan, Senin.
Tren tingginya penyakit gula di Sumut karena kebiasaan masyarakat daerah itu yang mengonsumsi nasi yang mengandung karbo hidrat yang tinggi.
"Meski karbohidrat bukan penyebab satu-satunya penyakit gula itu, sudah saatnya pola konsumsi masyarakat Sumut diubah dengan mengurangi makan nasi yang kandungan karbohidratnya cukup tinggi," kata Darwin.
Dia menyebutkan, kebiasaan konsumsi makanan siap saji, goreng gorengan dan berlemak yang diikuti kurangnya mengonsumsi buah dan sayuran juga bisa menimbulkan penyakit itu.
Faktor keturunan penyakit itu juga bisa mmebuat seseorang menderita penyakit gula darah tersebut
Selain mengantisipasi serangan, masyarakat harus cepat mengenali gejala-gejala penyakit gula darah, antara lain, berat badan menurun drastis, kelelahan, penglihatan kabur, sering buang air kecil khususnya di malam hari, terus menerus lapar dan haus serta menderita gatal-gatal di beberapa bagian tubuh.
"Lebih baik mencegah dari pada mengobati penyakit diabetes melitus atau yang umum sebut penyakit kencing manis, atau gula darah karena penyakit itu ibunya dari berbagai penyakit," katanya.
Penderita penyakit kencing manis, darahnya tercemar oleh gula kemudian menyebar dan secara perlahan merusak seluruh organ tubuh penting lainnya.
Organ yang dirusak antara lain otak. Penderita umumnya menjadi pikun atau pelupa, kemudian bisa mata menjadi rabun bahkan bisa buta, mengganggu ginjal dan gangguan alat kelamin, kata Darwin. [ant/hta]
KOMENTAR ANDA