post image
KOMENTAR
  Semua pihak diharapkan menggunakan momentum pemilihan rektor IPB  sebagai momen pembenahan segala hal, termasuk memperhatikan isu-isu krusial yang muncul dalam proses pemilihan yang berlangsung beberapa waktu ini.

"Isu dominasi kampus oleh partai politik, persoalan tata kelola kampus yang belum ideal serta aturan-aturan yang sifatnya diskriminatif bagi sivitas akademika IPB ada baiknya dibicarakan dan dicari jalan keluarnya. Jangan karena alasan khawatir memecah belah kampus, kita semua malah lari dari esensi dasar dunia kampus itu diadakan, yaitu pencarian terhadap kebenaran," kata  Wakil Ketua Kompartemen Advokasi dan Hukum, DPP Himpunan Alumni (HA) IPB,  Bayu Asih Yulianto kepada wartawan di Jakarta, Minggu (4/11).

Pemilihan raya bakal calon rektor IPB baru saja selesai pada 31 oktober lalu dan saat ini  memasuki tahap penentuan dari 6 calon menjadi 3 calon oleh Senat Akademik (SA) IPB.

Masing-masing anggota SA IPB yang terdiri dari perwakilan guru besar fakultas yang jumlahnya lebih dari 50 orang  akan bersidang dari l 5 sampai 7 november 2012 guna menentukan siapa tiga  orang calon rektor IPB yang akan diajukan ke Majelis Wali Amanat IPB.

Masing-masing para anggota SA akan menuliskan 3 nama calon rektor secara rahasia. Enam bakal calon rektor tersebut adalah  Prof. Dr. Herry Suhardiyanto, Dr. Asep Saefudin, Prof. Dr. Zairin Junior, Dr. Bayu Krisnamurti, Prof. Dr. Roedhy Poerwanto, dan Prof. Dr. Indra Jaya.

Saat ini beredar sms maupun informasi gelap yang dalam beberapa hal mendiskreditkan calon-calon yang berlaga di dalam pilrek IPB.

Menurut Bayu, dalam konteks pertarungan memperebutkan kekuasaan, itu adalah hal yang sangat wajar. Kendati demikian, dia mengimbau semua pihak kembali memperbincangkan masalah substansial yang menjadi keluhan banyak pihak di IPB.

Persoalan-persoalan itu diantaranya terkait  jatah-jatah  jabatan strategis di rektorat maupun fakultas pada kader-kader parpol yang selama ini menjadikan IPB sebagai basis kaderisasi dan pergerakan mereka.

Bayu mengingatkan gerakan parpol yang dimaksud  sangat sistematis, ada pada level pucuk, tengah maupun bawah dalam struktur di IPB.

“Meskipun jumlah mereka tidak banyak, pada prosesnya idiologi mereka merasuki perdebatan-perdebatan akademik dan ilmiah yang berlangsung di kampus. Makanya IPB mengalami proses kemunduran ketimbang kemajuan," kata alumni Pasca Sarjana Sosiologi UI ini.

Sementara itu, Gunadi, Wakil Ketua Kompartemen Bidang Pengembangan Bisnis HA IPB, mengungkapkan  persoalan tata kelola kampus yang sekarang berjalan, banyak dikeluhkan berbagai kalangan di dalam kampus.

Banyak pihak di tingkat fakultas dan departemen  merasa posisi rektorat terlalu dominan. Bukannya mendorong fakultas dan departemen diberikan keleluasaan  mengatur rencana pengembangan  sendiri, yang terjadi justru sentralisasi pengelolaan kampus.

"Ini kan berlawanan dengan semangat  di masyarakat kita. Masyarakat jaman sekarang menginginkan proses otonomi dan desentralisasi, lha kok IPB malah melakukan sentralisasi," ujar Gunadi.

Banyak pihak yang kemudian merasa hal ini kurang tepat dijalankan  rektorat, tapi mereka kurang berani bersuara. Oleh karenanya, Gunadi menekankan, agar rektor IPB masa depan betul-betul orang yang  memiliki integritas dalam mengemban amanat publik. Artinya, orang-orang yang memang ingin mengabdikan diri  bagi masa depan IPB, bukan  mengejar kekuasan atau mendapat jalan pintas  jadi menteri.

"Saya kira para guru besar di IPB masih memiliki kejernihan dan obyektivitas menilai siapa yang layak maju menjadi rektor IPB periode 2012-2017," kata Gunadi.[rmol/hta]

PHBS Sejak Dini, USU Berdayakan Siswa Bustan Tsamrotul Qolbis

Sebelumnya

PEMBERDAYAAN PEREMPUAN NELAYAN (KPPI) DALAM MENGATASI STUNTING DAN MODIFIKASI MAKANAN POMPOM BAKSO IKAN DAUN KELOR DI KELURAHAN BAGAN DELI

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Peristiwa