Ada dua momen penting yang masih melekat kuat dalam kenangan warga Lampung. Pertama, kisah Talangsari di tahun 1989 yang hingga kini masih mencabik-cabik perasaan warga. Kedua, sikap Presiden Megawati Soekarnoputri yang tidak melantik Alzier Dianis Thabranie yang menang dalam pemilihan gubernur 2002.
Warga Lampung sudah memaafkan kedua peristiwa itu walau sulit melupakannya. Di luar kedua peristiwa itu sama sekali tidak ada peristiwa besar yang meninggalkan luka di hati rakyat Lampung.
Demikian disampaikan Staf Khusus Presiden Andi Arief ketika menjelaskan karakteristik warga Lampung, baik yang disebut sebagai penduduk asli maupun pendatang. Penjelasan ini disampaikan Andi Arief untuk memberikan gambaran utuh mengenai kondisi psikologis dan sosial Lampung menyusul bentrok yang terjadi antara dua kelompok masyarakat beberapa hari lalu.
"Kini persatuan sedang diuji karena bentrok fisik. Korban sudah jatuh (dalam bentrok di Lampung Selatan), masalah sedang dalam tahap penyelesaian. Kepolisian sudah mengambil sikap disiplin internal. Sebagian warga yang terancam (karena situasi masih panas) kini dilindungi. Sekali lagi dilindungi," ujar Andi Arief yang lahir dan besar di Lampung.
Dia berharap semoga proses penyelesaian konflik tidak diganggu oleh pihak-pihak yang justru tidak pernah sekalipun mau bersentuhan dengan warga yang seakan-akan kini sedang mereka bela.
"Konflik ini menjadi surga pemberitaan beberapa media, dan aktivis-aktivis social media. Meski (pernyataan-pernyataan mereka) bukan mengarah pada solusi, namun inilah kenyataan seninya demokrasi," ujar Andi Arief lagi.
"Percayalah, mereka yang sedang berkonflik di Lampung saat ini adalah mereka yang sama-sama sudah menetap lama di sana. Mereka pasti tahu bagaimana mengatasi persoalan ini," demikian Andi Arief menutup penjelasannya. [rmol/hta]
KOMENTAR ANDA