
Demikian disampaikan aktivis pro demokrasi, Adhie Massardi kepada Rakyat Merdeka Online, malam ini (Jumat, 2/11).
Sebab, katanya, gelar "Knight Grand Cross in the Order of Bath" (Ksatria Palang Pintu Kamar Mandi) " yang diberikan kepada SBY dengan alasan yang tidak jelas, dan dalam waktu yang tidak tepat. Ini karena di saat bersamaan tanah air sedang terjadi konflik horisontal berdarah-darah. Ini yang kemudian membuat masyarakat Indonesia tidak memberikan apresiasi sama sekali.
Kini rakyat Indonesia menjadi terbuka matanya, gelar dari luar negeri, yang semua dianggap prestisius, ternyata bagian dari program pendekatan negara asing ke Indonesia.
Apalagi, menurut koordinator Gerakan Indonesia Bersih ini, seperti diakui Staf Khusus Presiden Bidang Ekonomi dan Pembangunan Firmanzah, usai pemberian gelar "Knight" oleh Ratu Elizabeth II, Presiden Yudhoyono kemudian menandatangani perjanjian konsesi Tangguh Train 3 senilai USD 12 miliar untuk British Petroleum, perusahaan minyak Inggris.
"Selain tidak ada manfaatnya, gelar yang diterima SBY terkesan berbau tukar-guling dengan ijin eksplorasi kekayaan alam kita," ujar Adhie.
Kini masyarakat Indonesia memang menjadi tidak terlalu respek terhadap gelar yang aneh-aneh dari luar negeri. Dan kepercayaan diri bangsa Indonesia kini menjadi lebih mantap. [rmol/hta]
KOMENTAR ANDA