Belakangan ini semakin banyak tokoh dan aktivis yang bersuara lantang menentang praktik diskriminasi atas nama agama, ras, suku dan oreantasi seksual, seperti lesbian, gay, biseksual dan transgender (LGBT).
"Banyak pula yang karena itu tampil bagai pahlawan disebut sebagai tokoh pluralisme," ujar Direktur Eksekutif lnstitut Ekonomi Politik Soekarno Hatta (IEPSH) M. Hatta Taliwang siang ini (Minggu, 28/10).
Bagi Hatta, hal itu sah-sah saja.
"Ya boleh-boleh dan sah-sah saja. Bahkan kita bangga dan dorong perjuangan mulia tersebut," sambung Hatta.
Namun, Hatta mengingatkan, para tokoh pluralis itu juga berlaku diskriminatif bila tutup mata dan bungkam atas kenyataan bahwa mayoritas rakyat bahkan bangsa menjadi jatuh miskin sementara minoritas orang menjadi sangat makmur sebagai buah dari design kebijakan neoliberalisme.
"Bersikap diam dan bungkam atas realitas output sistem neoliberalisme, bukan hanya diskriminatif, tetapi kejahatan kemanusiaan," tegas mantan anggota DPR RI dari Fraksi PAN ini. [rmol/hta]
KOMENTAR ANDA