Jika dulu Soekarno mengatakan, beri aku sepuluh pemuda maka akan aku rubah dunia, maka sekarang bahasa itu sepertinya hanya menjadi jargon belaka. Demikian dikatakan Direktur Eksekutif Segitiga Institute, Muhammad Sukron, di Jakarta beberapa saat yang lalu.
Seperti kita ketahui, lanjut Sukron, pergerakan dan perubahan negara Indonesia tidak pernah lepas dari peran pemuda, mulai dari pergerakan kemerdekaan Indonesia sampai pergerakan reformasi pada tahun 1998, yang dengan gagah berani mampu menurunkan rezim yang super kuat pada masa itu.
Mantan Ketua DPP Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah ini menegaskan bahwa sudah selayaknya kita sebagai pemuda bangsa ini untuk memberikan apresiasi perjuangan itu dengan mengisi kehidupan kita dengan prestasi dan memperteguh jiwa nasionalisme kita.
Tetapi yang kita lihat beberapa waktu terakhir ini, justru perilaku pemuda sangat mengejutkan dan mengecewakan kita semua. Seperti adanya kasus tawuran antar pemuda, pemakain narkoba oleh pemuda, dan yang lebih parah adalah kasus korupsi yang dilakukan oleh pemuda justru yang lebih dominan mewarnai media masa kita. Idealisme, perjuangan dan prestasi yang melekat dalam diri pemuda seolah sirna karena perilaku pemuda yang lemah nasionalismenya tersebut.
"Tentu tidak semua pemuda begitu, tetapi perilaku pemuda yang seperti itu telah mencederai perjuangan pemuda," tukas Sukron, kepada Rakyat Merdeka Online sesaat lalu.
Dalam momentum peringatan 84 tahun Sumpah Pemuda ini, Sukron mengajak semua elemen masyarakat, khususnya pemuda, merefleksikan sejarah prestasi pemuda Indonesia dan mengaplikasikannya kedalam kehidupan sehari-hari.
"Mari kita refleksikan perjuangan para pemuda itu dengan melakukan pengayaan ide, gagasan dan prestasi demi kejayaan pemuda sebagai penerima tongkat estafet kepemimpinan nasional," demikian Sukron.[rmol/hta]
KOMENTAR ANDA