Kesigapan pasukan pengamanan presiden (Paspempres) yang berhasil mengamankan seorang pria bersenjata bernisial SDM di Masjid Istqlal pada Jumat pagi kemarin (26/10) mendapat pujian dari berbagai kalangan, khususnya dari Senayan. Sebab, di masjid itu, Presiden SBY akan melaksanakan shalat Idul Adha besama pejabat lain.
"Standard operasi prosedur yang dilakukan Paspampres sudah tepat," kata anggota Komisi I dari Fraksi Hanura, Susaningtyas NH Kertopati, kepada Rakyat Merdeka Online beberapa saat lalu (Sabtu, 27/10).
Bisa saja, kata Susaningtyas, SDM itu memiliki gangguan jiwa dan bukan anggota jaringan terorisme apapun. Namun memang sudah seharusnya tetap harus diamankan, sebab siapa tahu saja orang tersebut ternyata anggota jaringan yang ditugasi untuk melakukan test the water untuk mengetahui sekuat apa sistem penjagaan terhadap Kepala Negara.
"Sistem pengamanan Kepala Negara ini memang harus terus ditingkatkan, bila mengingat saat ini begitu marak giat terorisme yang ada," tegas Nuning, panggilan akrab Susaningtyas, yang kuga Ketua DPP Partai Hanura.
Sistem pengamanan seperti ini, lanjut Nuning, sebaiknya tidak hanya diberlakukan kepada RI I tapi juga kepada mantan-mantan kepala negara dan pejabat pengambil keputusan yang terkait dengan eksekusi bagi para pelaku teroris.
"Mengapa demikian? Karena tentunya dendam masih berkecamuk di benak para pengikut dan atau keluarga terpidana teroris itu terhadap pejabat-pejabat yang mengeksekusi saat itu, apalagi yang dihukum mati," jelas Nuning, yang juga pakar intelijen.
Karena itu, Nuning melanjutkan, alat utama sistem persenjataan bagi Paspamprespun harus disesuaikan dengan perkembangan ancaman belakangan ini. Meskipun tentunya ancaman tersebut tak terjadi setiap saat.
"Hal lain yang perlu dan penting untuk ditingkatkan adalah kemampuan dinas intelijen untuk melakukan deteksi dini dalam mencari embrio permasalahan yang melandasi terorisme dengan berbagai motifnya," demikian Nuning. [rmol/hta]
KOMENTAR ANDA