Pejabat Polda Sulawesi Tengah mengatakan ledakan bom di Kabupaten Poso pada Senin pagi dipicu dari sebuah telepon genggam yang dikendalikan dari jarak tertentu.
"Itu terbukti dari sebuah HP (telepon genggam) yang berada di lokasi ledakan," kata Kabid Humas Polda Sulawesi Tengah AKBP Soemarno di Kota Palu, Senin (22/10).
Ledakan yang terjadi di Pos Polantas di Kelurahan Sintuvu itu terjadi pada pukul 06.15 WITA, melukai seorang polisi dan seorang satpam sebuah bank.
Dia menduga, pelaku berada tidak jauh dari lokasi kejadian karena mengetahui ada polisi yang sedang mendekat ke pos Polantas.
"Pasti pelakunya tidak jauh, sehingga bisa meledakkan bom begitu ada polisi datang," ucapnya.
Dia mengaku belum bisa memperkirakan pelakunya, serta kaitannya dengan pembunuhan dua anggota Polri di Dusun Tamanjeka, Poso, beberapa waktu lalu. Menurutnya, pelakunya dapat terungkap, jika sudah ada pelaku yang tertangkap.
"Yang jelas ini adalah teror kepada Polri dan masyarakat," kata mantan Kapolres Parigi Moutong ini.
Sementara itu, dua korban ledakan bom saat ini sudah mendapat perawatan di RSUD Poso.
Anggota Polantas Polres Poso yang terluka bernama Briptu Rusliadi mengalami luka di tangan dan pantat karena terkena serpihan bahan peledak. Sedangkan Satpam Bank BRI Akbar yang sedang melintas di depan pos saat bom meledak mengalami luka ringan.
Soemarno mengatakan bom tersebut berdaya ledak rendah karena tidak menimbulkan luka yang mematikan kepada korbannya. "Sekali lagi ini adalah bentuk teror," tukasnya.
Sebelumnya, pada Senin dini hari sebuah gereja di Kelurahan Madale, Kota Poso Utara, juga dibakar oleh orang tak dikenal, namun tidak menimbulkan korban jiwa.
Soemarno mengimbau kepada warga Poso untuk tidak terpancing isu yang mengaitkan SARA. "Sudah ada petugas yang siap mengamankan Poso," ujarnya.
Saat ini Kapolda Sulawesi Tengah Brigjen Pol Dewa Parsana bergegas menuju Kabupaten Poso yang berjarak 230 kilometer dari Kota Palu. [ant/hta]
KOMENTAR ANDA