MBC. Wakil Ketua MPR Hajriyanto Y. Thohari mempertanyakan hasil survei Yayasan Denny JA dan Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Community yang dirilis kemarin.
Dalam konferensi pers "Hasil Survei Meningkatnya Rasa Tak Nyaman Atas Keberagaman" disebutkan bahwa sebanyak 15-80% masyarakat Indonesia semakin merasa tidak nyaman jika hidup berdampingan atau bertetangga dengan orang yang berbeda identitas.
"Saya mempertanyakan metodologi survei itu. Terutama dalam menyusun struktur pertanyaan. Saya tidak melihat masyarakat Indonesia makin tidak toleran. Masyarakat nyaman-nyaman saja punya tetangga beragama lain," kata Hajri di gedung DPR RI, Senayan, Jakarta Senin, (22/10).
Menurutnya, ketidaknyamanan itu lebih terkait pada perbedaan kebiasaan gaya hidup saja, bukan pada soal perbedaan agama. Misalnya soal kebiasaan memelihara anjing atau babi; soal bunyi azan dengan soundsystem yang terlalu keras dan soal-soal lain-lainnya yang menyangkut kebiasaan hidup bertetangga.
"Saya pernah hidup di tengah-tengah masyarakat dengan fakta seperti ini. Orang Kristen bukannya tidak nyaman punya tetangga Islam. Tapi merasa tidak nyaman saja di pagi-pagi buta dibangunkan suara azan dari masjid dengan pengeras suara. Orang Islam merasa tidak nyaman karena tetangganya yang Kristen memelihara anjing atau bahkan babi, dan lain-lain. Jadi tidak nyaman bukan karena soal agamanya tetangga berbeda, tapi soal kebiasaan hidup sehari-hari saja," paparnya.
Walhasil, persoalannya tinggal bagaimana antartetangga mau menyesuaikan kebiasaannya dalam hidup sehari-hari sehingga tetangganya nyaman. "Jika tahu tetangganya tidak nyaman dengan anjing dan gonggongannya di malam hari ya jangan piara anjing lah. Apalagi anjingnya dilepas secara bebas lagi," tutupnya. [rmol/hta]
KOMENTAR ANDA