Keterlibatan para dokter spesialis yang akhirnya mau berpartisipasi dalam tim kesehatan Kementerian Agama untuk haji 2012 layak mendapat apresiasi.
Mulanya, sampai pada hari penutupan pendaftaran di Kementerian Agama, tidak ada satupun dari spesialis yang mendaftar. Dan bila akhirnya ada beberapa dokter spesialis anastesi, ginjal, bedah dan jantung yang ikut berangkat ke Saudi, itu karena permintaan pribadi dari para dokter senior atau pengajar mereka saat studi.
Menurut anggota Timwas Haji dari Fraksi PDI Perjuangan, Eva Kusuma Sundari, keengganan para dokter spesialis ini bisa dipahami karena kontra prestasi yang disediakan Kemenag atas jasa layanan mereka sangat tidak layak. Semua personil pendukung Kemenag dalam penyelenggaraan haji mulai dari sopir, perawat, cleaning servis maupun dokter, termasuk dokter spesialis, mendpt honor yang sama yaitu Rp 760 ribu per hari. Sehingga, para dokter spesialis yg akan bertugas selama tiga bulan hanya akan mendpt honor kurang lebih Rp 60 juta-an.
"Angka ini jauh dari penghasilan mereka di tanah air yang bisa mencapai Rp 100 juta per bulan. Wajar jika akhirnya jumlah dokter spesialis di tim kesehatan haji amat sedikit, jauh dari yang dibutuhkan," jelas Eva kepada Rakyat Merdeka Online beberapa saat lalu (Senin, 22/10)
Meski demikin, Eva memuji para dokter spesialis beserta para tenaga paramedis yang tetap memberikan pelayanan yang prima, penuh dedikasi dan profesionalitas dalam situasi yang tidak nyaman tersebut. Eva pun mengusulkan agar DPR memberikan penghargaan resmi kepada mereka atas pelayanan yang lebih didorong pengabdian dan kesukarelawanan tersebut.
"Unt selanjutnya Kemenag sepatutnya membuat kebijakan skala pemberian honor yang adil, responsif terhadap faktor opportunity loss bagi para dokter spesialis," demikian Eva. [rmol/hta]
KOMENTAR ANDA