MBC. Pernyataan Kepala Badan Intelejen Negara (BIN), Marciano Norman soal keterlibatan Jamaah Ansharut Tauhid (JAT) dalam peristiwa tewasnya dua polisi Poso, Bripka(anumerta) Sudirman dan Brigadir (anumerta) Andi Sappa, baru dugaan saja.
Karena itu, pengamat Intelejen Wawan Purwanto menyatakan bahwa kebenaran omongan Marciano itu perlu dibuktikan lewat kepastian hukum di persidangan. Ia pun berharap masalah ini tidak diperuncing karena sangat sensitif.
"Menyimak ungkapan Kepala BIN, itu diduga bukan lantas JAT. Masih perlu ada kepastian hukum. Bagi saya itu bukan menuduh. Jadi kalau perlu ada penyelidikan, penydikan, dan dibuktikan di pengadilan," ungkap Wawan kepada Rakyat Merdeka Online beberapa saat lalu (Minggu, 21/10).
Terkait sikap polisi yang selalu mengkaitkan tindakan teroris dengan JAT, Wawan menhakui JAT itu pecahan dari Majelis Mujahidin Indonesia. JAT kurang sepaham dengan apa yang dilakukan oleh MMI. Namun, dalam perkembangannya, JAT berkembang dengan pesat serta nanyak orang-orang yang masuk ke JAT tanpa ada kontrol yang ketat.
"JAT terbuka siapapun boleh datang, ini yang tidak dikokntrol dari unsur apa, apa niatnya. Keanggotaanya longgar. Kita tidak tahu background masing-masing," jelas Wawan.
Terkait dengan kondisi Poso yang selalu menjadi sentral dari teroris, Wawan menegaskan bahwa di Poso itu ada cerita yang panjang, yang intinya selalu dijadikan wilayah pelatihan teroris.
Sementara soal kaitan surat dari komandan Majelis Mujahidin Indonesia, yang menantang perang Densus 88, bagi Wawan nilainya masih C3.
"Kebenaranya harus dikroscek," demikian Wawan. [rmol/hta]
KOMENTAR ANDA