post image
KOMENTAR
MBC.  Peristiwa berdarah di Universitas Pamulan (Unpam) kemaren menunjukkan adanya penolakan yang kuat dari mahasiswa terhadap kehadiran representasi rezim yang diwakili Wakapolri di kampus.

"Penolakan yang kuat tersebut juga nampak tidak hanya disebabkan karena isu korupsi ditubuh Polri tetapi sudah sampai pada penolakan rezim pemerintahan saat ini yang dinilai korup," kata sosiolog Universitas Negeri Jakarta, Ubedillah Badrun kepada Rakyat Merdeka Online hari ini (Jumat, 19/10).

Mahasiswa, sambung Ubed, semakin menunjukkan radikalisasinya ketika institusi kepolisian sekaligus rezim pemerintah makin menunjukan perilaku korup.
Hal lain, sambung Ubed, sapaannya, peristiwa berdarah di Unpam juga menunjukkan ketidakmampuan kepolisian dalam menghadapi demonstrasi secara baik.

"Karena sebetulnya hal tersebut bisa diantisipasi jika polisi memahami dengan cermat situasi lapangan dan perkembangan informasi menyangkut posisi kepolisian dihadapan publik saat ini," tegasnya.

Selain itu, gagapnya aparat menghadapi demonstran jika dianalisis sampai pada elit politik yang berkuasa  juga menunjukan situasi psikis paranoid rezim saat ini.
Konflik berdarah antar aparat dan mahasiswa menunjukkan adanya keinginan publik yang tersumbat. Sumbatan tersebut terjadi seringkali karena kegagalan suatu pemerintahan memahami apa sesungguhnya keinginan rakyat banyak.

"Jika sumbatan tersebut menguat dan membesar maka itu menjadi pendorong bagi tumbuh berkembang dan menguatnya gerakan sosial," tegasnya. [rmol/hta]

PHBS Sejak Dini, USU Berdayakan Siswa Bustan Tsamrotul Qolbis

Sebelumnya

PEMBERDAYAAN PEREMPUAN NELAYAN (KPPI) DALAM MENGATASI STUNTING DAN MODIFIKASI MAKANAN POMPOM BAKSO IKAN DAUN KELOR DI KELURAHAN BAGAN DELI

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Peristiwa